Mohon tunggu...
aidina fitra
aidina fitra Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis

Menulis untuk mencatatkan sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jalan Raya Pos, Sejarah Kelam Genosida di Indonesia

29 September 2019   15:43 Diperbarui: 29 September 2019   16:05 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

De Grote Postweg atau lebih dikenal dengan Jalan Raya Pos menyisiri bagian utara Pulau Jawa. Sepanjang 1000 kilometer, proyek Jalan Raya Pos menelan banyak korban dari pribumi. Menurut sumber Inggris dalam buku Pramoedya Ananta Toer, De Grote Postweg, Jalan Daendels, korban tewas dalam proyek ini mencapai 12 ribu jiwa.  Proyek jalan dari Anyer ke Panurukan ini bisa disebut sebagai salah satu genosida terbesar dalam sejarah kolonialisme di Indonesia.

Herman Willem Daendels yang diutus langsung oleh Louis Bonaparte adik dari Napoleon Bonaparte adalah eksekutor proyek ini.  Pemerintahan Prancis yang kala itu menguasai Belanda dan wilayah jajahannya ingin meperkuat Pualau Jawa agar tidak dikuasai oleh Inggris, musuh bebuyutan. Dengan adanya Jalan Raya Pos, tranportasi seluruh pasukan yang melibatkan tentara dari Pribumi, Prancis, dan Belanda lebih mudah. Begitupun dengan komunikasi ke setiap daerah.  Selain itu, seluruh hasil bumi seperti kopi dan lainnya yang ada di Pualau Jawa bisa diekspor ke Belanda.

Daendels tiba di Pulau Jawa pada 5 Januari 1808 melalui Pelabuhan Anyer.  Dari Anyer, Daendels naik kereta kuda ke Batavia. Jalan yang menghubungkan Anyer ke Batavia itu sudah ada.  Tapi lama perjalanan melalui jalur itu menghabiskan waktu 4 hari 4 malam. Bagi Daendels,  waktu yang dihabiskan dari Anyer ke Batavia itu sungguh tak masuk akal.  Daendels ingin,waktu tempuh dari Anyer ke Batavia cukup sehari semalam saja agar memudahkan pergerakan militer untuk mengadang Inggris yang ingin berlabuh.

Dalam catatan sejarah Plakkaaatboek van Nederlandsch Indie di jilid 14, Daendels disebut tak membuat Jalan Raya Pos sepenuhnya. Jalan dari Anyer ke Batavia (Anyer-Cilegon-Serang-Tangerang-Batavia) ternyata sudah ada sebelum Daendels tiba di Pulau Jawa. Bukti ini diperkuat oleh adanya titik  0 kilometer di sekitar Mercusuar Anyer di Desa Tambang Ayam, Kecamatan Anyer, Serang, Banten.

Untuk jalan ini, Daendels hanya memerintahkan pekerja rodi agar memperlebar dan mengeraskan permukaan.  Sejak dimulainya proyek ini Mei 1808, Daendels mulai dikenal sebagai manusia bertangan dingin. Bagi yang melawan dan menolak bekerja maka akan mati.

Daendels memulai pembangunan jalan ini dari Butenzorg (Bogor) menuju Cisarua hingga ke Sumedang. Pengerjaan proyek ini melibatkan 1.100 orang.  Untuk menyukseskan proyek ini, Daendels menyiapkan 30 ribu gulden. Setiap orang yang mengerjakan proyek ini mendapatkan upah sesuai dengan kesulitan. Rinciannya antara lain rute Cisarua-Cianjur (10 ringgit perak per orang/bulan), Cianjur-Rajamandala (4 ringgit perak per orang/bulan), Rajamanadala-Bandung (6 ringgit perak per orang/bulan), Bandung-Parakanmuncang (1 ringgit perak per orang/bulan), Parakanmuncang-Sumedang (5 ringgit perak per orang/bulan), dan Sumedang-Karangsembung (4 ringgit perak per orang/bulan). Selain upah, para pekerja juga mendapatkan beras dan garam.

Karena alur pemberian upah sangat panjang, dari Daendels ke Perfek Residen kemudian ke Bupati meyebabkan pekerja tak mendapatkan sepeserpun. Bukti yang terang soal pekerja benar-benar mendapatkan upah atau tidak belum ditemukan. Kabarnya, Bupati hanya mengantongi upah itu.

Hambatan dalam pengerjaan proyek ini sangat besar, terutama dari factor alam. Misalnya untuk menghancurkan bukit Cadas, Daendels mengutus Komandan Zeni, Brigadir Jenderal Von Lutzow untuk melepaskan tembakan artileri.

Proyek ini berjalan kembali dan diteruskan ke Karangsembung. Hasilnya jalur yang awalnya dari Bogor ke Cisarua hingga Sumedang ini diteruskan sampai ke Karangsembung. Pada Juni 1808, proyek berhasil selesai sampai ke Karangsembung. Di sini masalah pun muncul. Dana 30 ribu Gulden yang disiapkan Daendels  untuk mengerjakan proyek ini habis di luar dugaan. Sampai di Karangsembung, total korban jiwa yang tewas dalam pengerjaan sampai 5000 jiwa.

Pertengahan Juli 1808, Daendels tiba di Semarang. Dia mengundang seluruh Bupati di pantai utara Jawa. Kepada para Bupati, Daendels bersikeras untuk melanjutkan proyek pembangunan jalan. Dia mengembel-embeli para Bupati bahwa Jalan Raya Pos sangat mensejahterakan rakyat. Para Bupati diminta menyiapkan tenga kerja. Konsekuensinya para Bupati tersebut dibebaskan dari kewajiban kerja dan hanya mendanai para pekerja jalan.  Para Bupati sepakat, proyek akhirnya tetap berlanjut dari Karangsambung ke Cirebon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun