Mohon tunggu...
Aidillah Suja
Aidillah Suja Mohon Tunggu... -

Seorang yang suka membaca dan ingin mengekspresikan hasil bacaan ke dalam sebuah tulisan. Saat ini menjadi mahasiswa Program Pasca Sarjana Konsentrasi Pendidikan Bahasa Arab di UIN SUSKA Riau.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kepemimpinan Dalam Islam

19 Juli 2012   04:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:48 4791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

A. Pengertian Pemimpin

Dalam bahasa Arab seorang pemimpin disebut khalifah. Kata khalifah ini berasal dari akar kata خ-ل-ف dalam kamus Al-Asri berarti mengganti begitu juga termaktub dalam kamus al-Munawwir. Khalifah adalah isim fa’il yang berarti pengganti.

Dalam al-Quran kata khalifah juga berarti pemimpin (QS. Al-Baqarah: 30) dan dalam ayat lain dikatakan pewaris. Mungkin semua makna ini bisa sesuai dengan kondisi ayat al-Quran tersebut dan maksudnya. Dengan kata lain bahwa manusia diciptakan telah mempunyai kemampuan menjadi pemimpin, pewaris, atau pengganti.

Ibnu khaldun dalam kitab Muqaddimah banyak berbicara mengenai khalifah dan imamah (kepemimpinan). Ia menarik teori bahwa manusia mempunyai kecendrungan alami untuk memimpin karena mereka diciptakan sebagai khalifah.

B. Akhlak Dan Sifat Yang Harus Dimiliki Pemimpin

Seorang pemimpin apapun tugas dan di mana pun kedudukannya, dipandang sebagai lambang organisasi dan menjadi juru bicara mewakili lembaga atau organisasi yang dipimpinnya. Dia perlu perilaku yang baik terhadap siapapun, agar lembaga atau organisasi yang dipimpinnya tidak dijauhi orang.

Rasulullah adalah qudwah hasanah kita, yang banyak mengajarkan tentang kepemimpinan. Apapun amal kita harus merujuk kepada beliau. Pemimpin juga harus begitu, meneladani akhlak, sifat dan perilaku beliau serta seluruh aktifitas kepemimpinan beliau.

Berikut adalah sifat dan akhlak yang harus dimiliki setiap pemimpin:


  1. seluruh kegiatannay dilakukan semata hanya mengharap ridho Allah swt.
  2. ingatannya kuat, bijak, cerdas, berpengalaman dan berwawasan luas.
  3. perhatian dan penyantun.
  4. bersahabat dan sederhana.
  5. shidiq, benar dalam berkata, sikap dan perbuatan.
  6. tawadhu’.
  7. memaafkan, menahan amarah, sabar, dan berlaku ihsan.
  8. menepati janji dan sumpah setia.
  9. tekad bulat, tawakkal dan yakin serta menjahui sikap pesimis.

C. Adab dan Pergaulan Pimpinan dan Anggota

Maksudnya ialah aturan dan adab pergaulan pimpinan dan anggota agar terbentunya keefektifan kinerja antara keduanya. Yaitu sebagai berikut:


  1. mengucapkan salam dan bertanya kabar kalau berjumpa.
  2. saling menghormati dan menghargai.
  3. saling mempercayai dan baik sangka.
  4. nasehat-menasehati demi kemajuan organisasi atau lembaga.
  5. bawahan boleh mengkritik pimpinan kritikan yang membangun.
  6. pimpinan harus berlapang dada dalam menerima kritikan dari segenap anggota demi kemajuan bersama.

D. Amanah dan Tanggung Jawab Pemimpin

Seorang pemimpin dibebani amanah dan tanggung jawabyang harus ia laksanakan untuk mencapai tujuan dari organisasi yang ia pimpin. Dalam islam setiap manusia yang terlahir di muka bumi ini ialah seorang pemimpin yang memimpin umat ini kepada dien Allah. Semakin banyak orang yang dipimpinnya semakin berat pula beban yang dipikulnya. Dalam sebuah Hadist Rasulullah saw bersabda:

كلّكم راع وكلّكم مسؤول عن رعيّته

Artinya: setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban tentang bapa yang ia pimpin.

Kepemimpinan tidak boleh diberikan kepada orang yang memintanya terlebih dengan ambisius untuk mendapatkannya. Kenapa? Karena dikhawatirkan dia tidak mampu mengemban amanah tersebut kemudian mungkin mempunyai niat lain atau ingin mengambil keuntungan yang banyak ketika ia telah mempunyai kekuasaan. Dalam hal ini Abu Dzar RA berkata, ”Aku bertanya,” wahai Rasulullah saw, maukah engkau mengangkatku memegang satu jabatan?” kemudian Rasulullah saw menepuk bahuku dengan tangannya sambil bersabda:

”wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau ini lemah dan sesungguhnya itu (jabatan) adalah amanah. Dan sesungguhnya ia pada hari kiamat menjadi kesengsaraan dan penyesalan, kecuali yang mengambilnya dengan haqnya dan menyempurnakan apa yang menjadi wajib keatasnya dan diatas jabatan itu.”

Seorang pemimpin juga harus memahamkan kepada anggotanya bahwa amanah yang dipikul ini akan dipertanggungjawabkan diakhirat kelak. Apakah ketika mengemban amanah pernah mendzolimi orang atau tidak. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda:

”Apabila seorang hamba (manusia) yang diberikan kekuasaan rakyat mati, sedangkan di hari matinya ia telah mengkhianati rakyatnya, maka Allah swt mengharamkan surga kepadanya.” (muttafaqun ’laih)

Sebelum memberi amanah pemimpin  harus melihat kapasitas yang kan diberi amanah tersebut. Karena amanah haruslah diberikan kepada orang yang kompeten atasnya kalau tidak maka akan menimbulkan ketidak sampainya tujuan bahkan mungkin menimbulkan kerusakan. Dalam sebuah Hadist dikatakan ”Kalau seandainya perkara itu diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun