Mohon tunggu...
Aidil Afdan Pananrang
Aidil Afdan Pananrang Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Presiden Mahasiswa BEM KEMA Telkom University Periode 2015

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kasus Korupsi Stadion GBLA

14 Juni 2015   14:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Saya secara pribadi turut sedih karena itu stadion kebanggaan masyarakat Jawa Barat, kalau tidak dipakai tentu pemain pun kecewa termasuk seluruh masyarakat Jawa Barat,” kata Atep, kapten tim persib bandung pada tanggal 4 April 2015. Terkait kabar amblasnya tanah di stadion GBLA.

Sekiranya salah satu ungkapan kekecewaan diatas sangatlah tepat untuk mengawali tulisan hari ini.

Ketika mulai dibangun pada bulan oktober 2009, masyarakat Jawa Barat menaruh harapan besar terhadap Stadion Gelora Bandung Lautan Api (Yang pada awalnya dinamakan stadion Gedebage). Apalagi stadion ini akan menjadi markas Persib Bandung. Namun kini, harapan tersebut sirna dikarenakan adanya oknum-oknum yang "bermain" dalam pembangunannya.

Stadion ini di desain berstandar internasional, rumput yang digunakan adalah dari jenis Zoysia Matrella (Linn) Merr yakni rumput kelas satu standar FIFA. Stadion ini dilengkapi dengan lapangan sepakbola, atletik, kantor, sirkulasi, tribun atap full keliling, servis, e-board, scoring board dan kursinya tahan api dengan kursi merk Ferco. Karena standard FIFA itulah jumlah kursi penonton hanya 38.000 orang. Kalau tanpa kursi sebenarnya bisa menampung 72.000 orang. Gedungnya berlantai 4 dengan luas ruangan 72.000 meter persegi sehingga kalau ditotal dengan fasilitas pendukung lain dapat mencapai 40 hektare. Akan ada banyak mushola dan toilet berjumlah 766 buah, selain itu juga ada ruang VVIP untuk kelas kepala negara presiden dengan kaca anti peluru dan landasan helikopter. Sebuah fasilitas stadion yang luar biasa bukan ?

Di akhir tahun 2010, pembangunan baru mencapai 17% dari target 23%, dan diperkirakan akan rampung pada pada bulan Juni 2012 (Mundur 6 bulan dari target). Namun hingga penghujung tahun 2012, stadion belum juga rampung sehingga Stadion Gedebage baru dapat diresmikan pada tanggal 10 Mei 2013 dengan nama resmi Stadion Gelora Bandung Lautan Api. Stadion diresmikan oleh walikota Bandung saat itu, Dada Rosada. Saat itu juga turut hadir Ahmad Heryawan (Aher) selaku gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf selaku wakil gubernur Jawa Barat, Wakil Walikota Bandung Ayi Vivanda, Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Abdul Rakhman Baso, perwakilan DPRD Kota Bandung serta Jabar, unsur Muspida, pengurus KONI, dan tokoh masyarakat. Sekitar 5.000 warga turut menyaksikan acara ini.

Dada mengatakan, pembangunan stadion ini merupakan kerjasama dari Pemkot Bandung dan Pemprov Jabar. Menurut Dada, dana sekitar Rp 685 Milyar dikucurkan dari APBD kota Bandung. Pada hari soft launching itu Aher menjelaskan, dana dari APBD Pemprov Jabar sampai 2012 itu 285 miliar rupiah, lalu Rp 100 miliar pada 2013 disediakan anggaran murni. Pada perubahan anggaran untuk fasilitas tambahan dianggarkan Rp 100 miliar. Sehingga Pemprov Jabar mengeluarkan dana sekitar Rp 485 Milyar. Secara keseluruhan berarti total anggaran stadion GLBA ini berkisar Rp 1.170 Milyar atau sekitar Rp 1.1 Trilyun

25 Maret 2015, Yayat Ahmad Sudrajat, Sekretaris Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya (Distacip), ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi GBLA setelah melalui gelar perkara di Ditipikor Bareskrim Mabes Polri.  Kantor Distacip digeledah pada tanggal 28 april 2015,dan keesokan harinya giliran kantor PT Adhi Karya selaku kontraktor pelaksana kerja yang digeledah.

Pada tanggal 30 April 2015, Kabareskirm Komjen Budi Waseso yang akrab disapa Buwas langsung mendatangi stadion GBLA untuk melakukan peninjauan langsung. Menurut Buwas, terdapat gagal konstruksi karena tak melaksanakan fase yang seharusnya dilakukan, dari situ terlihat adanya upanya penggelalapan atau korupsi dari rencana pembangunan yang seharusnya. Buwas menambahkan salah satu contohnya adalah tiang pemancang yang seharusnya sepanjang 60 Meter, hanya menggunakan pemancang 30 meter, sehingga dari situ saja ada upaya pemangkasan dana sekitar 50%.

Amblasnya stadion yang bervariasi antara 45 hingga 75 cm ini membuktikan adanya kegagalan dalam pengelolaan lahan, sehingga menimbulkan keretakan di berbagai wilayah stadion. Padahal stadion ini rencananya akan digunakan untuk pembukaan PON XIX 2016, sehingga harus menunggu analisa tim ahli mengenai kelayakannya. Ditakutkan stadion ini bisa saja makin amblas atau rubuh ketika dipenuhi penonton.

Ahmad Heryawan, gubernur Jawa Barat pada tanggal 15 Mei 2015 juga diperiksa selama 16 jam di kantor Bareskrim Polri. Beliau dimintai keterangan karena ia merupakan gubernur saat proses pembangunan stadion GBLA berlangsung. Selanjutnya, Kantor PT Penta Rekayasa selaku konsultan perencana digeledah pada tanggal 20 Mei 2015, dan juga PT Indah Karya Selaku Manajemen Konstruksi pada tanggal 21 Mei 2015.

Melihat semua fenomena ini, sesungguhnya sangat disayangkan sebuah stadion yang digadang-gadang akan menjadi kebanggaan warga Jawa Barat, ternyata menjadi salah satu objek memperkaya diri oleh segelintir oknum. Jelas saja ini sangat mencederai semangat olahraga dan juga menyalahgunakan pembangunan yang merupakan bagian dalam menunjang perekonomian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun