Blockchain bisa transformasi UMKM kuliner, dari transparansi rantai pasok hingga efisiensi transaksi, tapi ada tantangan.
Blockchain adalah teknologi yang sering terdengar beberapa tahun terakhir, terutama dalam cryptocurrency seperti Bitcoin. Teknologi ini juga dapat diterapkan di UMKM, khususnya di sektor kuliner.
Bagaimana teknologi canggih ini bisa bantu UMKM kuliner yang berhadapan dengan masalah rantai pasokan dan kualitas bahan baku? Apakah blockchain bisa jadi revolusi atau sekadar ilusi untuk UMKM kuliner?
Transparansi Rantai Pasok Kuliner
Blockchain adalah sistem pencatatan digital yang aman dan tidak bisa diubah begitu saja. Setiap transaksi tercatat dan bisa dilihat semua pihak, tapi tidak bisa dipalsukan.
Teknologi ini sangat berguna untuk UMKM kuliner, terutama dalam meningkatkan transparansi rantai pasok.
Contohnya, restoran yang membeli bahan baku seperti cabai atau sayuran tidak perlu khawatir soal keaslian bahan tersebut. Dengan blockchain, bahan yang dikirim ke restoran bisa dilacak dengan jelas.
Semua transaksi, dari petani hingga konsumen, tercatat dengan transparan. Jadi, kamu bisa tahu asal-usul bahan dan memastikan kualitasnya.
Masih ragu dengan efektivitas blockchain? Di Banyumas pada 2025, sebuah proyek percontohan mandiri mulai menggunakan blockchain untuk melacak distribusi cabai.
Proyek ini menggunakan QR code dan smart contract (ittelkom-pwt.ac.id). Hasilnya, distribusi cabai jadi lebih transparan dan mengurangi pemalsuan. Ini juga membangun kepercayaan konsumen.
Studi kasus ini membuktikan bahwa blockchain bisa diterapkan di sektor pertanian dan kuliner. Dengan melacak asal bahan baku, kita bisa memastikan bahan yang digunakan aman dan berkualitas, memberi rasa aman dan kepercayaan pada konsumen.