Wawancara empat jam Prabowo di Hambalang menuai kritik, keterbukaan tanpa kejelasan pesan membuat publik bingung.
Bayangkan duduk bersama teman yang sangat terbuka. Ia menjawab tiap pertanyaan yang kamu ajukan tanpa ada yang disembunyi. Keterbukaan macam ini tentu menyenangkan.
Itulah yang coba diwujudkan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam wawancara eksklusif yang berlangsung selama empat jam pada 6 April 2025 di kediamannya di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Bogor.
Dalam wawancara ini, Prabowo membuka ruang sebesar-besarnya untuk berbagai pertanyaan dari pemimpin redaksi media nasional.
Mulai dari isu domestik seperti RUU TNI. Hingga topik internasional seperti kebijakan tarif yang diberlakukan oleh Presiden Trump.
Format wawancara ini menarik. Karena memberikan kebebasan penuh bagi para jurnalis untuk bertanya tanpa batasan. Harapannya tentu, agar masyarakat bisa paham tentang posisi dan kebijakan pemerintahan.
Tapi di balik niat baik ini, ada hal yang kurang terpenuhi. Keterbukaan ternyata belum cukup untuk menjembatani komunikasi efektif antara pemimpin dan publik.
Wawancara ini memberi kesan bahwa meski semua pertanyaan dijawab, ada sesuatu yang tak sampai pada audiens. Banyak yang merasa jawaban yang diberikan terkesan berputar-putar dan tidak langsung menyentuh inti permasalahan.
Kritik Netizen: "Muter-Muter" & Kesenjangan Persepsi
Setelah wawancara tersebut, respon publik, khususnya dari netizen langsung berdatangan. Banyak yang merasa kecewa dan memberikan kritik tajam terhadap gaya komunikasi Presiden.
"Jawabannya muter-muter," begitu salah satu komentar yang bisa ditemukan di Instagram @MemeComicID. Tidak sedikit yang merasa bahwa meski wawancara berlangsung lama, jawaban yang diberi justru membuat mereka lebih bingung.