Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Antara Tony Blair, Tony Kroos, dan Tony Stark di Danantara

25 Februari 2025   19:53 Diperbarui: 25 Februari 2025   19:53 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan eks Perdana Menteri Inggris Tony Blair di London, 2021. (Dokumentasi Humas Kemenko Marves via Kompas.com)

Tony Blair, Tony Kroos, dan Tony Stark menjadi analogi ambisi, kontroversi, dan tantangan investasi Danantara.

Ada banyak Tony di dunia ini. Sebut saja Tony Hawk, legenda skateboard yang melawan gravitasi. Tony Kroos, gelandang Jerman yang dikenal dengan akurasi umpannya, atau Tony Stark, si Iron Man yang inovatif dan kaya raya. 

Kini satu Tony lagi masuk panggung Indonesia, Tony Blair. Bukan sebagai atlet atau superhero, tapi sebagai anggota Dewan Penasihat Danantara, raksasa investasi yang digadang-gadang jadi mesin penggerak ekonomi nasional.  

Tapi, alih-alih disambut tepuk tangan, kehadiran mantan Perdana Menteri Inggris ini justru memicu perdebatan. 

Pasalnya, jejak politik Blair, terutama dukungannya pada invasi Irak 2003, masih membekas pahit di benak banyak orang, termasuk di Indonesia. Invasi yang menewaskan 461.000 orang (BBC Indonesia) itu membawa stigma yang sulit dihapus. 

Tak heran rasa skeptis muncul. Apa hubungannya Blair dengan investasi Indonesia? Apakah ini strategi cerdik atau justru own goal?  

Dari Tony Kroos ke Tony Stark

Mari kita bermain analogi. Jika Tony Kroos dikenal karena ketepatannya mengirim umpan ke rekan setim, maka Tony Blair diharap bisa jadi playmaker yang membuka peluang investasi bagi Indonesia. 

Luhut Binsar Panjaitan bahkan menyebut kehadiran Blair sebagai gateway untuk merangkul investor dari Eropa dan Timur Tengah (Kontan).  

Namun, ada risiko dari menjadikan Blair sebagai pancingan investasi masuk dari Timur Tengah. Sentimen ini wajar, mengingat Indonesia sebagai negara Muslim terbesar memandang invasi Irak sebagai luka kolektif. 

Jadi, tantangan Blair adalah memastikan namanya tak menjadi beban reputasi bagi Danantara.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun