Revitalisasi pasar sepi pengunjung? Beban biaya dan pungutan hantui pedagang, solusi pemerintah dipertanyakan.Â
Pasti kamu sering dengar, kan, tentang upaya pemerintah untuk mempercantik dan memodernisasi pasar-pasar tradisional di berbagai daerah.Â
Tujuannya tentu bagus, agar pasar tradisional bisa lebih bersih, nyaman, dan berdaya saing.Â
Namun, seringkali kita melihat fenomena yang agak paradoks: pasar yang sudah direvitalisasi justru terlihat sepi pengunjung. Lantas, di mana letak permasalahannya?
Sepinya Pasar Pasca Revitalisasi, Mengapa?
Coba bayangkan, pasar yang dulunya mungkin terkesan kumuh dan becek, kini telah disulap menjadi bangunan yang lebih modern, bahkan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai.Â
Secara logika, seharusnya pengunjung merasa lebih nyaman dan tertarik untuk berbelanja. Tapi, mengapa banyak pasar yang tetap sepi?Â
Menurut saya, salah satu penyebab utamanya adalah karena revitalisasi ini seringkali hanya menyentuh aspek fisik saja, tanpa memperhatikan akar permasalahan yang sebenarnya dihadapi oleh pedagang dan pengunjung.Â
Ibarat sebuah rumah, hanya bagian luarnya saja yang dicat ulang, sementara fondasi dan isinya tetap sama.
Beban Biaya dan Pungutan: Jeritan Pedagang Kecil
Mari kita lihat dari sudut pandang pedagang. Setelah revitalisasi, biasanya biaya sewa tempat usaha melonjak. Belum lagi ditambah dengan berbagai pungutan, baik yang resmi maupun yang tidak, yang semakin membebani para pedagang.Â
Bagi pedagang kecil dengan modal terbatas, kenaikan biaya ini tentu menjadi masalah yang sangat serius. Mereka terpaksa berpikir dua kali untuk kembali berjualan di pasar yang baru direvitalisasi.Â