Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menimbang Kebijakan Libur Sekolah Bulan Puasa 2025

17 Januari 2025   02:00 Diperbarui: 16 Januari 2025   23:23 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintah merencanakan meliburkan anak sekolah 1 bulan di puasa 2025.(Shutterstock/Odua Image via Kompas.com)

Pilihan kebijakan libur sekolah Ramadan 2025, tantangan keseimbangan pendidikan, spiritualitas, dan keberagaman Indonesia.

Wacana libur sekolah selama Ramadan 2025 telah memicu diskusi hangat di masyarakat. 

Ramadan yang berlangsung dari 1 hingga 30 Maret 2025 menempatkan pemerintah pada dilema untuk memilih antara tiga opsi: libur penuh, libur sebagian, atau tidak libur sama sekali. 

Kebijakan ini menjadi perhatian karena mencerminkan upaya menjaga keseimbangan antara kebutuhan spiritual, pendidikan, dan keberagaman di Indonesia. 

Lebih dari sekadar memberikan libur, keputusan ini harus dirancang secara hati-hati untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, adil, dan bermanfaat bagi semua siswa, sekaligus menghindari potensi ketegangan sosial yang mungkin muncul.

Opsi Libur Sekolah

A. Libur Penuh

Opsi libur penuh selama Ramadan terlihat menarik bagi banyak pihak, terutama siswa Muslim dan keluarganya. Libur ini memungkinkan siswa untuk lebih fokus menjalankan ibadah, seperti puasa, salat tarawih, dan tadarus. 

Menteri Agama sendiri pernah menekankan pentingnya kualitas ibadah selama Ramadan, sebagaimana diungkapkan dalam sebuah wawancara yang dikutip oleh Tempo.

Namun, dari perspektif pendidikan, libur penuh juga memunculkan kekhawatiran. 

Menurut Medcom, pakar pendidikan memperingatkan bahwa libur panjang tanpa perencanaan matang bisa membuat siswa kehilangan momentum belajar. 

Jika hal ini terjadi, maka dampaknya tidak hanya pada siswa Muslim, tetapi juga pada siswa non-Muslim yang mungkin merasa waktu belajarnya terbuang sia-sia.

B. Libur Sebagian

Pilihan kedua adalah libur sebagian, di mana kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung tetapi dengan penyesuaian jadwal. Misalnya, siswa masuk sekolah setengah hari atau hanya beberapa hari dalam seminggu. 

Ini adalah solusi tengah yang memungkinkan siswa Muslim menjalankan ibadah dengan tenang, sekaligus menjaga rutinitas belajar.

Menurut Umsida.ac, opsi ini dapat membantu menjaga keseimbangan antara pendidikan dan spiritualitas. Namun, tantangannya ada pada implementasi. 

Guru dan sekolah harus menyesuaikan kurikulum, sementara siswa dan orang tua perlu beradaptasi dengan jadwal baru.

C. Tidak Libur

Opsi terakhir adalah tidak ada libur khusus selama Ramadan. Sebagai gantinya, sekolah dapat merancang program kegiatan keagamaan, seperti ceramah Ramadan atau kajian islami, untuk mendukung siswa Muslim. 

Bagi siswa non-Muslim, kegiatan belajar tetap berlangsung seperti biasa.

Namun, opsi ini mungkin kurang populer di kalangan siswa Muslim, terutama yang tinggal di daerah dengan mayoritas penduduk Muslim. 

Menurut Detik, beberapa pihak mengingatkan bahwa beban belajar yang terlalu berat selama Ramadan bisa mengurangi fokus siswa Muslim dalam menjalankan ibadah.

Keterlibatan Masyarakat

A. Pentingnya Aspirasi Publik

Di tengah diskusi ini, keterlibatan masyarakat menjadi hal yang sangat penting. Sebagai negara dengan keberagaman tinggi, kebijakan pendidikan tidak boleh dibuat tanpa mendengarkan aspirasi publik. 

Menurut Kumparan, pendekatan demokratis yang melibatkan orang tua, guru, dan siswa akan membantu menciptakan kebijakan yang lebih inklusif.

Sebagai contoh, di daerah dengan mayoritas Muslim, mungkin libur penuh akan lebih diterima. 

Namun, di daerah dengan keberagaman agama yang lebih tinggi, pendekatan fleksibel seperti libur sebagian atau tidak libur sama sekali bisa lebih relevan. 

Dengan mendengarkan suara masyarakat, pemerintah bisa merancang kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan lokal.

B. Program Alternatif untuk Siswa Non-Muslim

Jika libur penuh diterapkan, penting untuk menyediakan program alternatif bagi siswa non-Muslim. 

Menurut Islami.co, program seperti kelas tambahan, pelatihan keterampilan, atau kegiatan ekstrakurikuler dapat membantu siswa non-Muslim tetap produktif selama Ramadan. 

Dengan cara ini, mereka tidak merasa diabaikan dan tetap mendapat manfaat dari waktu yang ada.

Langkah ini juga dapat menunjukkan bahwa kebijakan pendidikan kita memperhatikan semua kelompok, tanpa terkecuali.

Pertimbangan Utama dalam Wacana Libur Sekolah Ramadan

Wacana ini tidak hanya menyangkut isu pendidikan, tetapi juga mencerminkan dinamika sosial dan budaya di Indonesia. Ada beberapa poin penting yang perlu dipertimbangkan:

1. Keseimbangan Antara Ibadah dan Pendidikan 

Libur penuh mungkin memberikan ruang lebih bagi siswa Muslim untuk beribadah. Namun, tanpa perencanaan yang matang, libur panjang bisa merugikan pendidikan. 

Menurut Suara.com, pakar pendidikan menegaskan bahwa jeda belajar yang terlalu lama dapat menurunkan motivasi dan produktivitas siswa.

2. Keberagaman Sosial 

Indonesia adalah negara dengan keberagaman agama yang kaya. Dalam membuat kebijakan, kita harus memastikan semua siswa merasa dihargai, terlepas dari latar belakang agama mereka. 

Ini bukan hanya soal memberikan libur, tetapi juga soal menciptakan lingkungan belajar yang inklusif. NU.or.id mencatat bahwa kebijakan inklusif dapat membantu mencegah konflik sosial di masa depan.

3. Pentingnya Keterlibatan Publik 

Seperti yang disebutkan oleh laman KupasTuntas, melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan adalah langkah yang sangat penting. 

Kebijakan yang diambil tanpa mendengarkan suara publik berisiko menjadi kebijakan yang kurang diterima oleh masyarakat. 

4. Pengelolaan Waktu Belajar 

Jika libur penuh atau libur sebagian diterapkan, sekolah harus memastikan bahwa siswa tetap dapat mengejar materi pelajaran. 

Program pembelajaran online atau modul belajar mandiri dapat menjadi solusi untuk menjaga kontinuitas pendidikan.

Kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun