Dalam konteks psychoacoustics, harmoni diproses oleh sistem pendengaran manusia sebagai suatu kesatuan yang menghasilkan sensasi konsonansi atau disonansi.Â
Definisi ini didukung oleh penelitian dalam bidang akustik dan teori musik, seperti yang dijelaskan dalam buku "The Science of Musical Sound" oleh J.G. Roederer (1995), yang menyatakan bahwa persepsi harmoni sangat bergantung pada hubungan matematis antara frekuensi-frekuensi yang terlibat dan diproses oleh sistem pendengaran sebagai sebuah pola yang berkesinambungan.Â
Harmoni dalam musik bukan sekadar susunan nada, tetapi juga sebuah fenomena kompleks yang melibatkan fisika suara, persepsi manusia, dan ekspresi artistik.Â
Bayangkan seperti sebuah lukisan yang terdiri dari berbagai warna yang saling melengkapi. Harmoni adalah "warna" dalam musik yang membuat sebuah karya terdengar lebih kaya dan bermakna.Â
Jika melodi adalah alur cerita utama, maka harmoni adalah latar belakang yang memberikan nuansa dan kedalaman pada cerita tersebut. Tanpa harmoni, sebuah lagu akan terdengar datar dan kurang berdimensi.
Penjelasan interval dan akor
Dalam harmoni, kita mengenal dua istilah penting, yaitu interval dan akor.Â
Interval adalah jarak antara dua nada, seperti jarak antara nada do dan re. Jarak ini yang menentukan bagaimana dua nada tersebut terdengar jika dimainkan bersamaan.Â
Kemudian, ada akor, yaitu gabungan tiga nada atau lebih yang dimainkan secara serempak. Akor ini adalah unit pembangun dalam harmoni, seperti blok-blok lego yang bisa disusun menjadi bangunan yang beragam.Â
Menurut Michael Miller dalam bukunya "The Complete Idiot's Guide to Music Theory, 2nd Edition" (2005), harmoni adalah kombinasi simultan dari dua atau lebih nada yang memberikan dampak musikal yang berbeda.Â
Definisi ini memperkuat pemahaman kita bahwa harmoni bukan hanya sekadar penggabungan nada, tapi juga penciptaan efek musikal yang spesifik.
Progresi akor sebagai elemen harmoni
Akor-akor tidak berdiri sendiri, mereka saling berhubungan dan membentuk yang namanya progresi akor.Â