Kedua, ada informasi yang lebih personal dan mendalam, yang sifatnya kualitatif.Â
Misalnya, bagaimana reputasi sekolah di mata orangtua murid lainnya? Bagaimana interaksi guru dengan anak-anak? Adakah isu-isu tertentu yang perlu diantisipasi?Â
Informasi semacam ini, biasanya istri saya yang lebih ahli menggalinya.Â
Beliau punya jaringan pertemanan yang luas, mulai dari arisan, pengajian, komunitas di lingkungan rumah, hingga grup obrolan di Whatsapp.Â
Informasi dari mulut ke mulut seperti ini, terkadang lebih jujur dan apa adanya daripada sekadar brosur atau iklan di internet.
Pembagian peran ini, menurut argumen yang saya baca, memang sangat efektif.Â
Bapak fokus pada pengumpulan dan analisis data kuantitatif, sementara Ibu lebih berperan dalam mengumpulkan informasi kualitatif.Â
Kombinasi kedua jenis informasi ini memberikan gambaran yang lebih komprehensif dan utuh tentang PAUD yang diincar.Â
Sejalan dengan hal ini, artikel di Alodokter tentang cara memilih PAUD yang tepat menekankan pentingnya mencari informasi sebanyak mungkin, termasuk kurikulum, fasilitas, dan kualitas guru.Â
Informasi dari istri saya, yang didapat dari interaksi dengan sesama orangtua, melengkapi data-data tersebut, memberikan konteks dan perspektif yang lebih mendalam.
Melibatkan Anak dan Merajut Informasi Menjadi Satu Kesatuan
Setelah data kuantitatif dan kualitatif terkumpul, langkah selanjutnya adalah duduk bersama, berdiskusi dan mengintegrasikan semua informasi yang didapat.Â