Produk lokal jadi punya ruang yang lebih besar di pasar domestik, sementara para investor akan merasa lebih aman untuk menanamkan modal mereka di sektor-sektor yang terproteksi.Â
Seperti dijelaskan dalam Harvard Business Review, meski kebijakan proteksionisme Trump menguntungkan bagi produsen dalam negeri, efek negatifnya akan terasa ketika sektor-sektor tertentu yang bergantung pada bahan baku murah dari luar negeri terhambat.Â
Misalnya, perusahaan-perusahaan manufaktur yang mengandalkan bahan baku dari China atau negara-negara lainnya akan menghadapi lonjakan biaya produksi, yang akhirnya berisiko meningkatkan harga barang dan mengurangi daya beli konsumen AS.
Peneliti dari New York Federal Reserve bahkan mencatat bahwa kebijakan tarif Trump selama masa jabatan pertama telah merugikan banyak perusahaan AS yang bergantung pada impor.Â
Sebagian besar barang yang diimpor dari negara-negara dengan biaya produksi rendah menjadi lebih mahal, dan ini menciptakan dampak berantai dalam perekonomian AS, seperti hilangnya daya saing sektor-sektor tertentu.Â
Jadi, meskipun sektor tertentu mungkin mendapat manfaat dari kebijakan ini, sektor lain bisa mengalami kerugian besar.
Reaksi Negara-Negara Terdampak
Kebijakan Trump tidak hanya berdampak pada perekonomian domestik AS, tetapi juga memicu reaksi keras dari negara-negara yang terdampak.Â
Sebagai contoh, China, yang menjadi sasaran utama tarif ini, tidak tinggal diam.Â
Di WOLA, disebutkan bahwa Presiden Xi Jinping memperingatkan bahwa proteksionisme hanya akan merusak rantai pasokan global yang sudah terbangun dengan baik.Â
Hal ini akan menciptakan ketidakstabilan ekonomi yang bisa merugikan banyak pihak, termasuk bagi AS sendiri.
Selain itu, Kanada dan Meksiko, dua negara yang memiliki hubungan perdagangan erat dengan AS, juga sudah mempersiapkan tindakan balasan.Â