Beras sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Dalam budaya kita, beras bukan sekadar makanan pokok, tetapi juga simbol kemakmuran dan kestabilan.Â
Dari Sabang hingga Merauke, nasi adalah teman setia yang ada di hampir setiap meja makan. Kalimat "belum makan, kalau belum makan nasi" menggambarkan betapa dalamnya hubungan kita dengan beras.Â
Meski ada berbagai sumber karbohidrat lain, seperti kentang, ubi, dan jagung, beras tetap menjadi primadona di meja makan Indonesia.
Namun seperti yang sering kita alami, ketergantungan terhadap satu jenis komoditas pangan punya untung-rugi.Â
Kenaikan harga beras misalnya, selalu menjadi perhatian serius bagi banyak keluarga di Indonesia.Â
Mengingat peran beras yang begitu dominan dalam pola konsumsi kita, setiap fluktuasi harga beras langsung terasa dampaknya, terutama bagi masyarakat berpendapatan rendah.Â
Di sinilah Bulog (Badan Urusan Logistik) berperan enting.
Peran Bulog dalam Menjaga Kestabilan Harga Beras
Sebagai lembaga yang bertanggung jawab mengelola stok pangan nasional, Bulog berusaha keras untuk menjaga agar harga beras tetap stabil.Â
Mengutip Antara News, Bulog telah menggelontorkan 885 ribu ton beras untuk operasi pasar guna menstabilkan pasokan dan harga pangan (SPHP).Â
Dengan langkah ini, Bulog berusaha agar stok beras tetap mencukupi dan harga tetap terjangkau oleh masyarakat.Â
Tanpa langkah ini, bisa dibayangkan betapa fluktuasi harga beras bisa mengganggu ekonomi rumah tangga, terutama bagi mereka yang sudah berjuang dengan penghasilan pas-pasan.