pengangguran yang terus meningkat?Â
Job fair seringkali menjadi angin segar bagi pencari kerja, memberikan kesempatan untuk bertemu langsung dengan perusahaan yang sedang mencari karyawan. Namun pertanyaannya, apakah program mingguan ini benar-benar cukup efektif untuk mengurangiSolusi Cepat, Namun Tak Tersentuh Akar Masalah
Job fair memang memberikan peluang bagi pencari kerja untuk melamar berbagai posisi, tetapi ini hanya langkah awal yang belum menjawab akar masalah pengangguran.Â
Tanpa perbaikan mendalam pada sistem pendidikan dan pelatihan vokasional yang relevan dengan dunia industri, job fair hanya menjadi upaya sementara yang kurang efektif.Â
Seringkali kita mendengar cerita tentang lulusan perguruan tinggi yang kesulitan menemukan pekerjaan sesuai dengan bidang studi mereka. Sebagian besar akhirnya bekerja di luar bidang studi mereka atau bahkan tidak bekerja sama sekali.
Menurut data dari BPS 2024, meski banyak peluang kerja yang tersedia, banyak pencari kerja yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan oleh industri.Â
Hal ini disebabkan oleh kesenjangan antara kurikulum pendidikan di perguruan tinggi dan tuntutan dunia kerja.Â
Artikel dari laman Kazokku menunjukkan bahwa angka pengangguran di kalangan sarjana meningkat dalam beberapa tahun terakhir.Â
Pada 2023, tingkat pengangguran untuk lulusan sarjana naik dari 4,80% menjadi 5,18%. Ini menandakan adanya ketidaksesuaian yang lebih dalam antara dunia pendidikan dan dunia kerja.
Pentingnya Perubahan dalam Sistem Pendidikan dan Pelatihan
Masalah pengangguran di Indonesia bukan hanya masalah kurangnya lowongan pekerjaan, tetapi lebih pada ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki oleh pencari kerja dan yang dibutuhkan oleh dunia industri.Â
Kesenjangan ini perlu segera diatasi dengan pembaruan sistem pendidikan dan pelatihan yang lebih relevan dengan tuntutan pasar kerja.
Salah satu solusi yang bisa diterapkan adalah penguatan pendidikan vokasional yang lebih terintegrasi dengan dunia usaha.Â