Ketika dapur mulai beralih fungsi menjadi ruang pamer estetika, saya jadi bertanya-tanya, apa yang sebenarnya kita cari?Â
Dulu, dapur adalah pusat kesederhanaan. Tempat ibu menyimpan toples berisi kerupuk, gula, dan kopi tanpa memikirkan keseragaman warna atau bentuknya.Â
Kini, dapur justru menjadi elemen gaya hidup visual, terutama bagi generasi Milenial dan Gen Z. Fenomena ini dikenal sebagai Pretty Pantry Paradigm.
Di permukaan, hal ini tampak seperti perubahan sederhana. Dapur, dengan segala tumpukan alat masak dan makanan instan, berubah menjadi ruang tertata dengan palet warna netral dan barang-barang seragam yang Instagrammable!Â
Tetapi, pretty pantry paradigm bukan hanya soal estetika. Ini tentang bagaimana konsumsi berubah dari kebutuhan menjadi seni visual, yang punya sisi gelap yang patut kita kritisi.
Dari Fungsi ke Estetika
Fenomena ini tidak muncul begitu saja. Media sosial adalah salah satu aktor utama.Â
Generasi muda kerap terinspirasi dari gaya hidup keluarga Kardashian-Jenner, influencer dan pengusaha Amerika Serikat, yang mempopulerkan dapur rapi berwarna netral dengan rak seragam.Â
Influencer di Instagram dan TikTok juga tidak ketinggalan, memamerkan dapur yang begitu teratur hingga seolah tidak pernah dipakai.
Tren ini akhirnya berdampak pada industri.Â
Perusahaan seperti Lee Kum Kee, menurut laporan dari Lancet Planetary Health melalui Earth Commission (2024), mulai mendesain ulang kemasan produk mereka agar lebih menarik bagi pasar muda.Â
Bahkan, produsen alat dapur berlomba-lomba membuat toples, botol, dan rak dengan desain minimalis dan warna monokrom.Â