Bagi masyarakat biasa, seringkali statistik hanya terlihat sebagai angka-angka di atas kertas.Â
Namun, angka-angka tersebut sebenarnya memiliki dampak nyata dalam kehidupan kita sehari-hari.Â
Dengan menggunakan standar hidup yang terlalu rendah, pemerintah menciptakan gambaran palsu bahwa kondisi masyarakat sudah membaik.Â
Padahal, hal ini justru semakin memperburuk ketimpangan sosial dan ekonomi.
Bayangkan, ada sebuah keluarga yang pendapatannya sedikit di atas garis kemiskinan versi Badan Pusat Statistik (BPS).Â
Mereka tidak lagi dianggap sebagai keluarga miskin dan karenanya tidak mendapatkan bantuan sosial, namun tetap kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.Â
Keluarga tersebut berada di dalam "zona abu-abu," terjebak di antara tidak cukup miskin untuk mendapatkan bantuan, namun juga tidak cukup kaya untuk dapat hidup dengan nyaman.Â
Akibatnya, mereka terus terjebak dalam siklus kemiskinan yang sulit untuk diputus.
Permasalahan seperti ini menunjukkan bahwa angka-angka statistik yang dilaporkan tidak selalu mencerminkan realitas yang sebenarnya terjadi di tengah masyarakat.Â
Pemerintah perlu melakukan peninjauan ulang terhadap kebijakan dan penetapan standar-standar yang digunakan, agar dapat lebih menjangkau dan menyentuh kebutuhan masyarakat yang sesungguhnya.
Apa Solusinya?
Pemerintah perlu melakukan reformasi mendasar dalam cara mereka menghitung dan menetapkan standar hidup yang layak bagi masyarakat.Â