Jangan mudah terbuai oleh janji-janji manis kandidat saat kampanye tanpa mempertanyakan siapa saja yang mendukung mereka dan apa motif sebenarnya di balik dukungan tersebut.
Selain itu, penting bagi kita untuk terus mendorong transparansi dalam pendanaan kampanye politik dan kebijakan publik.Â
Di era digital seperti sekarang ini, informasi bisa dengan mudah dimanipulasi oleh buzzer atau propaganda digital. Oleh karena itu, literasi digital menjadi kunci penting agar kita tidak mudah termakan hoaks atau narasi palsu.
Kesimpulan
Pada akhirnya, baik AS maupun Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga demokrasi mereka tetap sehat dan berfungsi untuk kepentingan rakyat banyak.Â
Oligarki telah menjadi penghalang utama bagi perubahan sosial-ekonomi yang signifikan di kedua negara ini.
Sebagai warga negara biasa, baik di Amerika maupun Indonesia, kita perlu terus waspada terhadap siapa saja yang sebenarnya berkuasa di balik layar politik kita.Â
Demokrasi sejati seharusnya memberikan suara kepada semua orang, bukan hanya kepada segelintir orang kaya yang punya kepentingan pribadi.
Jadi pertanyaannya sekarang, apakah kita masih hidup dalam demokrasi sejati atau hanya sebuah oligarki terselubung?Â
Jawabannya ada pada diri kita masing-masing, dan pada tindakan kita ke depan sebagai masyarakat kritis dan sadar politik.
***
Referensi:
- Texas Public Radio. (2024, October 27). Oligarchy is on the ballot.Â
- The Jakarta Post. (2024, June 19). How Indonesia’s cyberspace entrenches oligarchic power.Â
- Slate. (2024, November). Donald Trump, Elon Musk, and the American oligarchy: How wealthy donors shaped the election.Â
- Truthout. (2024). Election 2024 was an open celebration of the oligarchy, says David Sirota.Â
- Asialink. (2024). How Indonesia’s cyberspace entrenches oligarchic power.Â
- The Conversation. (2024). The biggest threat to Indonesia’s democracy? It’s not Prabowo, it’s the oligarchy.