Karpet merah bukan sekadar permadani mahal, pun adalah alat komunikasi simbolik.Â
Di zaman modern, tradisi ini bertahan karena daya tarik emosionalnya.Â
Kita semua terpesona oleh gagasan penghormatan dan kemewahan. Bahkan, acara kecil pun bisa terasa megah jika ada unsur karpet merah.
Namun, ada sisi lain yang perlu kita perhatikan. Tradisi ini juga memperkuat hierarki sosial. Ketika karpet merah digelar untuk individu tertentu, ada pesan tersirat bahwa mereka lebih penting daripada orang lain.Â
Ini relevan dalam konteks politik Indonesia, di mana penghormatan seperti ini dapat memengaruhi persepsi publik terhadap kekuatan dan pengaruh seseorang.
Kesimpulan
Karpet merah adalah cermin budaya yang terus mencerminkan nilai-nilai sosial, dari mitologi Yunani hingga gemerlap Hollywood. Simbol ini tidak kehilangan daya tariknya, berkembang mengikuti dinamika sosial dan ekonomi.Â
Di Indonesia, adaptasi lokal seperti kain tenun khas dapat menjadi alternatif cara baru untuk menghormati tamu penting, tanpa kehilangan identitas budaya.
Namun, di balik kemewahan ini, muncul pertanyaan penting. Apakah kita terlalu fokus pada simbol seperti karpet merah, sehingga kita kehilangan makna sejati dari penghormatan itu sendiri?Â
Apakah penghormatan hanya dapat diukur dari penampilan luar dan status yang ditunjukkan, ataukah ada cara lain untuk menghargai seseorang tanpa perlu menonjolkan perbedaan kelas dan kemewahan?
***
Referensi:
- Bahankain.com. (2023, May 29). Fakta di balik gelaran karpet merah yang melegenda.
- Liputan6.com. (2024). 8 gaya terbaik dari karpet merah Golden Globes 2024: Taylor Swift sampai si Barbie Margot Robbie.
- RMOL.id. (2024, March 23). Prabowo disambut karpet merah, pengamat: Simbol menarik diberikan NasDem.