Karpet merah juga menciptakan narasi tentang kemewahan dan status sosial. Setiap langkah di atas karpet ini memperkuat citra glamor dan eksklusivitas, yang sering kali menjadi aspirasi masyarakat.Â
Hal ini mencerminkan fenomena konsumsi simbolis, di mana barang atau pengalaman menjadi representasi status, bukan sekadar kebutuhan.Â
Karpet merah telah berevolusi menjadi kendaraan komodifikasi, yang menghubungkan budaya populer dengan industri pemasaran global.
Dalam konteks politik nasional, RMOL.id mencatat penyambutan Prabowo Subianto dengan karpet merah oleh Partai NasDem pada Maret 2024, sebuah gestur penghormatan yang sarat simbol politik.
Dari acara hiburan hingga ranah politik, karpet merah menjadi panggung simbolik untuk menunjukkan hierarki sosial.Â
Mereka yang melangkah di atasnya bukan sekadar tamu, tetapi sosok penting yang dianggap layak mendapatkan penghormatan tersebut.
Simbolisme Warna
Warna merah pada karpet ini tidak dipilih secara kebetulan. Dalam seni Renaisans, merah kerap diasosiasikan dengan kekuasaan dan kemewahan.Â
Menurut BahanKain.com, asal-usul warna ini terhubung dengan tradisi ungu kerajaan pada zaman Romawi dan Bizantium. Namun, karena pigmen ungu sulit dan mahal didapatkan, merah akhirnya menjadi warna yang lebih dominan.
Warna merah membawa makna kuat, yakni mencolok, berani, dan menggugah perhatian.Â
Dalam budaya Indonesia, merah kerap melambangkan keberanian dan keagungan. Hal ini menjadikan karpet merah sebagai simbol global yang tetap relevan di berbagai budaya.