Karpet merah telah menjadi simbol universal kemewahan dan penghormatan. Tapi, seperti banyak simbol lain, perjalanan sejarahnya tidak sesederhana itu.
Ketika kita mendengar istilah karpet merah, apa yang terlintas di benak kita? Barangkali selebriti glamor berbusana mahal, atau pemimpin negara yang melangkah penuh wibawa dalam sambutan resmi.Dari Mitologi Yunani hingga Acara Modern
Sejarah karpet merah berawal jauh sebelum lampu sorot Piala Oscar menyinari selebriti dunia.Â
Menurut laman BahanKain.com, akar tradisi ini ditemukan dalam drama Yunani kuno Agamemnon karya Aeschylus (458 SM). Dalam kisah itu, Raja Agamemnon disambut dengan karpet merah sebagai jebakan menuju kematiannya.Â
Ironis, karpet merah awalnya bukan lambang kemewahan, melainkan simbol pengkhianatan dan konflik. Namun, melalui perjalanan sejarah, maknanya bergeser menjadi simbol eksklusivitas.
Momentum penting lainnya datang pada tahun 1821, ketika Presiden AS James Monroe disambut dengan karpet merah di Georgetown, Carolina Selatan.Â
Penggunaan dalam acara kenegaraan inilah yang membawa simbol ini ke panggung resmi modern. Seiring waktu, karpet merah tak hanya melambangkan penghormatan, tetapi juga kemewahan dan status sosial.
Karpet Merah di Zaman Kontemporer
Saat ini, karpet merah adalah bagian tak terpisahkan dari budaya modern. Menurut Liputan6, Golden Globes 2024 menampilkan selebriti seperti Taylor Swift dan Margot Robbie dalam gaun-gaun spektakuler yang memamerkan status dan selera.Â
Karpet merah di Hollywood bukan hanya panggung untuk menghormati individu, tetapi juga alat pemasaran yang sangat efektif.Â
Dalam acara seperti Golden Globes, momen karpet merah digunakan untuk menampilkan selebriti dalam balutan busana desainer kelas dunia.Â
Penampilan para selebriti ini bukan hanya soal gaya, tetapi juga strategi promosi yang dirancang dengan hati-hati.Â
Desainer ternama memanfaatkan perhatian media pada momen ini untuk memperkenalkan koleksi terbaru mereka, yang kemudian menjadi tren global.