Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Simulasi Pemilu Menuju Inklusivitas dan Harapan Demokrasi

16 November 2024   23:03 Diperbarui: 17 November 2024   02:02 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warga difabel mengikuti simulasi pemungutan suara dalam pemilu (ANTARA FOTO/INDRIANTO EKO SUWARSO) 

Bayangkan, bagaimana seorang difabel mental yang tinggal di pelosok bisa memahami tata cara mencoblos jika sosialisasinya hanya dilakukan di kota besar seperti Jakarta? 

Atau, bagaimana jika petugas KPPS tidak dilatih untuk menghadapi situasi khusus? 

Hal-hal seperti ini harus menjadi perhatian serius jika kita ingin benar-benar mewujudkan inklusivitas.

Pentingnya Evaluasi dan Pelatihan Berkelanjutan

Simulasi ini juga mengajarkan satu hal penting: evaluasi adalah kunci. 

Tanpa evaluasi, kita hanya berjalan di tempat. 

Sudahkah kita benar-benar memetakan apa saja tantangan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas saat mencoblos? 

Apakah TPS kita sudah cukup ramah bagi semua orang?

Pelatihan berkelanjutan bagi petugas KPPS juga sangat penting. 

Ini bukan sekadar soal tahu aturan, tetapi juga memahami kebutuhan pemilih yang beragam. Misalnya, bagaimana membantu difabel fisik tanpa membuat mereka merasa direndahkan. 

Atau bagaimana memberikan penjelasan yang sederhana namun jelas bagi difabel mental. Ini semua adalah bagian dari membangun kepercayaan publik terhadap sistem pemilu.

Kesimpulan

Bagi saya, inklusivitas adalah salah satu pilar demokrasi. Jika satu kelompok masyarakat merasa terpinggirkan, maka demokrasi kita belum sepenuhnya utuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun