Menurut data dari ESDM, Indonesia memang sudah menjadi produsen listrik panas bumi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.Â
Tapi kalau kita bandingkan dengan negara-negara seperti Kenya dan Jerman, yang juga berkomitmen dalam pengembangan geotermal, kita masih tertinggal dalam hal investasi dan inovasi teknologi.
Kenya misalnya, berhasil memanfaatkan geotermal sebagai sumber utama energi listrik mereka dengan dukungan kuat dari investor internasional dan kebijakan pemerintah yang jelas.Â
Jerman juga terus mendorong pengembangan energi terbarukan dengan insentif pajak dan subsidi untuk perusahaan-perusahaan yang berinvestasi di sektor ini.
Jadi pertanyaannya sekarang, apakah Indonesia siap bersaing dengan negara-negara ini dalam hal pengembangan energi terbarukan?
Peluang untuk Memimpin Dunia
Saya percaya bahwa Indonesia punya peluang besar untuk menjadi pemimpin dunia dalam pemanfaatan panas bumi. Dengan potensi sebesar 23,5 gigawatt, kita bisa mengurangi ketergantungan pada energi fosil seperti minyak dan batu bara yang semakin menipis.Â
Apalagi, pemerintah sudah menetapkan target ambisius untuk meningkatkan bauran energi terbarukan hingga 23% pada 2025 dan 31% pada 2050 . Ini adalah langkah yang sangat positif.
Namun sekali lagi, tanpa investasi yang memadai, target ini hanya akan menjadi angan-angan belaka.Â
Kita butuh lebih dari sekadar regulasi cepat. Kita butuh dukungan finansial yang nyata dari pemerintah maupun sektor swasta.Â
Kalau tidak ada insentif pajak atau subsidi untuk menarik investor ke sektor ini, saya khawatir proyek-proyek geotermal akan berjalan lambat.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Sebagai masyarakat biasa, mungkin kita merasa tidak punya banyak kendali atas kebijakan energi nasional. Tapi sebenarnya ada banyak hal yang bisa kita lakukan.