Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hari Diabetes Sedunia, Membangun Harapan untuk Semua

14 November 2024   12:11 Diperbarui: 14 November 2024   12:17 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengambil sampel darah untuk pemeriksaan kolesterol, asam urat, dan gula darah (KOMPAS/PRIYOMBODO)

Setiap tanggal 14 November, kita memperingati Hari Diabetes Sedunia. Tahun ini, temanya adalah "Diabetes dan Kesejahteraan." Sebuah tema yang sangat relevan, terutama bagi kita di Indonesia yang jumlah penderita diabetesnya terus meningkat. 

Saya sendiri bukan ahli kesehatan, tapi sebagai insan paruh baya, saya melihat langsung bagaimana penyakit ini mempengaruhi banyak orang di sekitar saya—mulai dari keluarga hingga teman-teman sebaya.

Saya setuju bahwa kesadaran tentang diabetes itu penting. Tapi, mari kita jujur. Kesadaran saja tidak cukup. Apa gunanya kita tahu tentang bahaya diabetes, kalau akses ke perawatan yang memadai masih jauh dari merata? 

Ini adalah tantangan besar yang sering kali luput dari perhatian kita.

Ketimpangan Akses Perawatan

Di kota-kota besar seperti Jakarta atau Surabaya, mungkin kita bisa dengan mudah menemukan dokter spesialis atau klinik yang menyediakan perawatan untuk penderita diabetes. 

Tapi bagaimana dengan saudara-saudara kita di daerah terpencil? Di tempat-tempat seperti itu, akses ke perawatan kesehatan masih sangat terbatas. 

Menurut data dari Kementerian Kesehatan, banyak daerah terpencil di Indonesia yang belum memiliki fasilitas kesehatan yang memadai untuk menangani penyakit kronis seperti diabetes.

Ini bukan hanya masalah fasilitas fisik. Infrastruktur kesehatan juga mencakup akses terhadap obat-obatan dan tenaga medis yang kompeten. 

Di beberapa daerah, insulin—yang sangat penting untuk penderita diabetes tipe 1—masih sulit didapatkan. Padahal, tanpa pengobatan yang tepat, komplikasi serius seperti kerusakan saraf atau ginjal bisa terjadi.

Data Prevalensi Diabetes di Indonesia

Menurut data dari tahun 2021, Indonesia memiliki sekitar 19,5 juta penderita diabetes. 

Angka ini diproyeksikan akan terus meningkat hingga mencapai 28,6 juta pada tahun 2045. Ini adalah angka yang mengkhawatirkan. Dan meskipun kampanye kesadaran terus digalakkan setiap tahun, kenyataannya jumlah penderita terus bertambah.

Salah satu penyebabnya adalah pola makan masyarakat kita yang masih banyak mengonsumsi makanan tinggi gula dan karbohidrat sederhana. 

Berdasarkan data terbaru dari tahun 2023, konsumsi gula di Indonesia mencapai rekor tertinggi dalam satu dekade terakhir, yaitu 3,4 juta ton. Ini menunjukkan bahwa edukasi tentang bahaya gula belum sepenuhnya meresap di masyarakat.

Efektivitas Kampanye Kesadaran

Saya tidak mengatakan bahwa kampanye kesadaran itu tidak penting. Tentu saja penting! 

Namun, tanpa adanya tindakan nyata untuk meningkatkan akses perawatan dan pengobatan yang merata di seluruh Indonesia, kampanye ini hanya akan menjadi sekadar wacana tahunan.

Mari kita lihat contoh dari negara-negara lain. 

Di Afrika misalnya, prevalensi diabetes juga meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir. Sama seperti di Indonesia, masalah utamanya adalah ketimpangan akses terhadap perawatan kesehatan. Tanpa intervensi yang tepat dari pemerintah dan lembaga internasional, jumlah penderita diabetes bisa melonjak drastis di wilayah-wilayah tersebut.

Hal ini seharusnya menjadi pelajaran bagi kita. Kampanye kesadaran harus disertai dengan tindakan nyata untuk memperbaiki sistem kesehatan kita, terutama di daerah-daerah terpencil.

Apa Solusinya?

Menurut saya, pemerintah perlu lebih serius dalam menangani masalah ini. Bukan hanya dengan menggelar kampanye kesadaran setiap tahun, tetapi juga dengan memastikan bahwa setiap warga negara memiliki akses ke perawatan kesehatan yang layak.

Salah satu langkah konkret yang bisa dilakukan adalah memperkuat infrastruktur kesehatan di daerah-daerah terpencil. Misalnya dengan membangun lebih banyak puskesmas atau klinik khusus untuk menangani penyakit kronis seperti diabetes. 

Selain itu, pemerintah juga perlu bekerja sama dengan pihak swasta untuk memastikan distribusi obat-obatan seperti insulin bisa menjangkau seluruh pelosok negeri.

Edukasi tentang pola makan sehat juga harus ditingkatkan. Masyarakat perlu diberi pemahaman bahwa mengurangi konsumsi gula bukan hanya soal mengikuti tren diet semata, tetapi merupakan langkah penting untuk mencegah diabetes dan komplikasinya.

Kesimpulan

Saya merasa bahwa masalah kesehatan seperti diabetes ini tidak bisa dianggap remeh lagi. Kita semua harus terlibat dalam upaya pencegahan dan pengelolaan penyakit ini. Bukan hanya pemerintah atau tenaga medis saja.

Kesadaran memang langkah awal yang penting. 

Tapi tanpa tindakan nyata untuk memperbaiki akses perawatan dan edukasi masyarakat secara menyeluruh, saya khawatir angka penderita diabetes di Indonesia akan terus meningkat tanpa ada solusi jangka panjang.

Jadi mari kita renungkan bersama. Apa yang bisa kita lakukan sebagai individu dan sebagai masyarakat untuk membantu mengatasi masalah ini? 

Mungkin jawabannya ada pada tindakan-tindakan kecil sehari-hari—seperti lebih sadar akan pola makan kita sendiri atau mendukung upaya-upaya lokal untuk meningkatkan layanan kesehatan di daerah-daerah terpencil.

Pada akhirnya, inilah esensi dari tema "Diabetes dan Kesejahteraan" pada Hari Diabetes Sedunia tahun ini. 

Kesejahteraan bukan hanya soal kesadaran individu semata, tetapi juga soal bagaimana kita bersama-sama menciptakan sistem yang lebih adil dan merata bagi semua orang.

***
Referensi:

  • Berlico. (2024). Hari diabetes nasional 2024. 
  • CNN Indonesia. (2024). Hari diabetes sedunia: Cegah sebelum parah.
  • Antara News. (2024). Kemenkes gandeng swasta dalam menangani diabetes di daerah terpencil. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun