Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar dari Hati Bukan Sekedar Hafalan, Apakah Sekolah Paham?

12 November 2024   20:00 Diperbarui: 12 November 2024   20:01 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belajar yang menyenangkan (KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU) 

Ketika berbicara soal pendidikan di Indonesia, saya sebagai orang tua sering berpikir, apa sebenarnya yang membuat anak-anak kita termotivasi belajar? 

Apakah sekadar nilai ujian yang mereka kejar, atau ada dorongan lain yang lebih mendalam? 

Baru-baru ini, isu mengenai kembalinya ujian nasional kembali ramai diperbincangkan. 

Di satu sisi, wacana ini muncul karena banyak yang prihatin dengan motivasi dan prestasi belajar anak-anak kita yang dianggap menurun sejak sistem ujian nasional dihapus. 

Namun, apakah ujian nasional benar-benar solusi yang tepat?

Motivasi Eksternal dan Internal

Menurut psikolog Universitas Gadjah Mada, Novi Poespita Candra, motivasi ada dua jenis, eksternal dan internal. 

Motivasi eksternal adalah dorongan yang datang dari luar, seperti hadiah, nilai ujian, atau ancaman sanksi. Banyak dari kita yang mungkin besar dengan cara ini. Belajar agar dapat nilai bagus atau menghindari hukuman. 

Namun, menurut Novi, motivasi seperti ini biasanya hanya efektif untuk jangka pendek. Setelah ujian selesai, biasanya semangat belajar ikut hilang.

Sebaliknya, motivasi internal adalah dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri, dari rasa ingin tahu dan tujuan pribadi.nIni bukan sesuatu yang instan. 

Motivasi internal membutuhkan waktu untuk terbentuk, namun jauh lebih kuat dan tahan lama. Siswa yang punya motivasi belajar internal karena mereka ingin tahu lebih banyak, bukan sekadar mendapat nilai bagus. 

Menurut penelitian dari Queen Mary University of London, keterampilan nonkognitif seperti motivasi dan pengaturan diri sama pentingnya dengan kecerdasan dalam menentukan keberhasilan akademis anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun