Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar dari Hati Bukan Sekedar Hafalan, Apakah Sekolah Paham?

12 November 2024   20:00 Diperbarui: 12 November 2024   20:01 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belajar yang menyenangkan (KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU) 

Artinya, semangat dan rasa ingin tahu anak sebetulnya adalah kunci yang membuat mereka sukses, bukan semata-mata kecerdasan atau nilai ujian.

Lingkungan Belajar yang Menyenangkan

Novi juga menambahkan, suasana belajar yang positif di sekolah sangat penting untuk membangkitkan motivasi internal. Ini erat kaitannya dengan hormon kebahagiaan kita, dopamin, oksitosin, serotonin, dan endorfin, atau disingkat DOSE. 

Nah, hormon-hormon ini muncul ketika kita merasa senang dan dihargai. Lingkungan yang penuh dengan apresiasi dan dukungan membuat otak kita bekerja lebih baik, sehingga anak-anak juga lebih semangat belajar. 

Di sinilah peran sekolah sangat besar. Kalau sekolah bisa menjadi tempat yang membuat anak merasa senang dan nyaman, dorongan belajar mereka akan muncul dengan sendirinya.

Sayangnya, banyak sekolah di Indonesia masih sangat fokus pada prestasi kognitif, seperti nilai ujian, tanpa memperhatikan aspek emosional siswa. 

Padahal, suasana belajar yang mendukung perkembangan emosi ini bisa membantu mereka lebih termotivasi. 

Anak yang merasa dihargai dan diberi kesempatan untuk mengembangkan minatnya akan lebih semangat belajar dan punya rasa tanggung jawab terhadap pendidikan mereka sendiri.

Evaluasi Kurikulum dan Wacana Kembalinya Ujian Nasional

Sejak dilantik pada Oktober 2024, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menegaskan bahwa pihaknya akan mengkaji ulang berbagai kebijakan pendidikan yang ada, termasuk Kurikulum Merdeka dan Ujian Nasional (UN). 

Mu'ti menyatakan akan menghimpun masukan dari berbagai pihak sebelum mengambil keputusan strategis terkait nasib Kurikulum Merdeka dan kemungkinan kembalinya UN.

Dalam beberapa kesempatan, Mu'ti menekankan pentingnya mendengarkan aspirasi publik dan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan pendidikan yang telah diterapkan sebelumnya. 

Hal ini mencakup peninjauan terhadap sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) dan asesmen nasional yang menggantikan UN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun