Ini menciptakan jurang kecemburuan sosial yang kian lebar, membuat kita merasa jauh dari hak-hak yang seharusnya milik semua.
Diskriminasi dan Polarisasi Sosial
Dalam jangka panjang, kebijakan yang mendukung pembangunan perumahan elit ini hanya akan menambah diskriminasi sosial.Â
Studi dari Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa kelompok berpenghasilan rendah makin terpinggirkan karena tidak dapat mengakses fasilitas dan layanan yang sama dengan kelompok berpenghasilan tinggi.Â
Selain itu, mereka yang tidak mampu membeli rumah di perumahan elit tersebut akhirnya terdorong untuk pindah ke daerah lain, meninggalkan kawasan yang semakin menjadi "wilayah khusus" bagi kaum berada.
Fenomena ini juga dikenal sebagai gentrifikasi, di mana orang-orang berpenghasilan rendah tersingkirkan oleh kenaikan harga properti dan biaya hidup yang semakin mahal.Â
Wilayah tersebut berubah menjadi area eksklusif dengan nilai properti yang tinggi, dan orang-orang yang pernah tinggal di sana terpaksa mencari tempat lain yang lebih terjangkau.Â
Polarisasi ini tidak hanya membuat masyarakat semakin terfragmentasi tetapi juga memperburuk ketidaksetaraan dalam struktur kota kita.
Perlukah Regulasi yang Lebih Ketat?
Melihat berbagai dampak negatif ini, wajar jika banyak pihak ingin regulasi yang lebih ketat terhadap perumahan gated community.Â
Menurut penelitian dari LIPI, perumahan jenis ini tidak hanya menciptakan ketimpangan infrastruktur tetapi juga ketimpangan sosial yang signifikan.Â
Dengan regulasi yang lebih ketat, pemerintah bisa membatasi pembangunan perumahan eksklusif dan mengarahkan pengembang untuk menyediakan fasilitas publik yang lebih inklusif dan aksesibel untuk semua lapisan masyarakat.
Misalnya, kebijakan bisa dibuat untuk mendorong pengembang membangun taman atau fasilitas olahraga yang bisa diakses oleh masyarakat umum di sekitar perumahan elit.Â