Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Administrasi - ASN | Narablog sejak 2010

ASN, tinggal di Makassar. Menulis saat ada waktu, yang penting bisa cuan. Ngopi sendiri, inspirasi datang sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Dari Warkop ke Rujab: Surat Rakyat untuk Calon Pemimpin Sulsel

27 September 2024   16:31 Diperbarui: 27 September 2024   16:32 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret dua kandidat Gubernur Sulawesi Selatan Danny Pomanto dan Andi Sudirman Sulaiman. (Tribun-Timur.com) 

Trans Mamminasata yang diharapkan menjadi solusi, ternyata kurang diminati masyarakat. Haltenya belum dikelola dengan baik, dan integrasi antar moda transportasi belum terwujud. Akibatnya, masyarakat masih lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi.

Menurut Kementerian Perhubungan, dibutuhkan langkah ekstrim untuk membenahi transportasi di kota ini.

Mungkin kita perlu mengadakan debat khusus tentang angkutan umum dalam Pilkada 2024 mendatang. Dengan begitu, para calon pemimpin bisa lebih serius memikirkan solusi bagi warga yang setiap hari terjebak kemacetan.

Soal pendidikan dan kesehatan, rasanya masih seperti "Mattinro bale", tidur seperti ikan - mata terbuka tapi tidak melihat. Indeks Pembangunan Manusia kita memang naik, tapi masih di bawah rata-rata nasional.

Berdasarkan data BPS Provinsi Sulawesi Selatan, kondisi pendidikan di wilayah kita masih memerlukan perhatian serius.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) untuk usia 7-12 tahun sudah mencapai 99,49% pada tahun 2023. Namun, APS untuk usia 16-18 tahun baru mencapai 71,00%. Ini menunjukkan masih banyak anak usia SMA yang tidak bersekolah.

Selain itu, Angka Partisipasi Murni (APM) SMA di Sulawesi Selatan pada tahun 2023 baru mencapai 60,57%. Artinya, masih cukup banyak anak yang tidak bersekolah sesuai jenjang usianya. Di beberapa kabupaten seperti Bantaeng, APM SMA bahkan hanya 40,90%.

Data-data ini mengonfirmasi bahwa masih banyak anak di Sulawesi Selatan yang pendidikannya seperti main petak umpet - kadang ada, kadang tidak. Kita perlu strategi yang lebih efektif untuk meningkatkan akses dan kualitas pendidikan di pelosok Sulawesi Selatan.

Nah, bicara soal pelosok, jangan lupa kita ini provinsi dengan potensi pertanian dan kelautan yang luar biasa.

Tapi kadang pembangunan kita seperti "Ma'baine baine", menikahi perempuan tapi lupa merawatnya. Konsep ekonomi biru yang diusung pemerintah provinsi, jangan sampai cuma jadi biru di atas kertas, tapi hitam di lapangan.

Yang paling miris, masih ada saja diskriminasi terhadap kelompok marjinal. Padahal, seperti kata pepatah Bugis, "Sipakatau, Sipakalebbi", saling memanusiakan dan saling menghormati. Jangan sampai kita jadi pemimpin yang "Ma'bulu mata", hanya melihat yang menguntungkan diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun