Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Lainnya - ASN | Narablog sejak 2010

Introvert, Millenial, Suka belajar hal-hal baru secara otodidak.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Era 80-an: Masa Keemasan Musik Indonesia

19 Agustus 2024   17:09 Diperbarui: 19 Agustus 2024   17:09 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi masa keemasan musik Indonesia di tahun 80-an (Diolah dengan DallE)

Tahun 80-an adalah periode emas musik Indonesia. Berbagai aliran musik berkembang pesat, melahirkan musisi legendaris yang karyanya masih dikenang hingga kini. Fenomena ini menarik dikaji karena dampaknya yang besar terhadap industri musik tanah air.

Menurut penelitian Dedi Irawan (2019), beberapa nama besar mendominasi musik Indonesia era 80-an, seperti Koes Plus, Panbers, Rhoma Irama, Chrisye, Iwan Fals, dan Dewa 19. Mereka membawa warna musik beragam, dari pop, rock, dangdut, hingga balada. Keragaman ini mencerminkan keterbukaan masyarakat Indonesia terhadap pengaruh musik global.

Musik rock berkembang pesat di era ini. Wisnu Mintargo (2017) mencatat munculnya band rock legendaris seperti God Bless, Slank, Search, dan Power Metal. Ciri khas rock 80-an adalah lirik kritis, aransemen kompleks, dan pengaruh heavy metal. Masuknya MTV ke Indonesia turut mendongkrak popularitas genre ini.

Dangdut semakin mengakar sebagai musik rakyat di era 80-an. Rhoma Irama, sang "Raja Dangdut", menjadi ikon nasional dengan hits seperti "Begadang" dan "Benci tapi Rindu" (Nur Rosyid, 2018). Dangdut menjadi suara kelas menengah-bawah, mengangkat tema-tema keseharian yang dekat dengan masyarakat. Gaya musik yang energik, lirik yang mudah dipahami, dan irama yang mengajak bergoyang membuat dangdut diterima luas. Selain Rhoma, muncul pula penyanyi-penyanyi dangdut lain yang ikut mempopulerkan genre ini, seperti Elvy Sukaesih dan Mansyur S.

Industri rekaman berkembang pesat. Edi Sedyawati (2021) mencatat dominasi kaset dan munculnya studio modern seperti Musica dan Aquarius. Ini membuka peluang bagi musisi untuk berkarya dan menjangkau audiens lebih luas.

Era 80-an menjadi saksi lahirnya lagu-lagu protes yang kritis terhadap kondisi sosial-politik. Mukhlis Paeni (2020) menyoroti Iwan Fals sebagai ikon utama musik protes dengan lagu-lagu seperti "Bento" dan "Bongkar". Lirik-liriknya yang tajam mengkritisi ketimpangan sosial dan korupsi. Musisi lain seperti Franky Sahilatua dan Leo Kristi juga turut menyuarakan kritik sosial melalui karya mereka. Lagu-lagu ini menjadi corong aspirasi rakyat, menyuarakan isu-isu yang sering kali tak tersentuh media mainstream. Keberanian mereka membuka mata masyarakat terhadap realitas sosial yang terjadi.

Keragaman musik 80-an mencerminkan dinamika sosial Indonesia saat itu. Lagu pop romantis menggambarkan gejolak emosi anak muda, lagu protes menyuarakan kritik sosial, sementara dangdut mengangkat realitas masyarakat kelas menengah-bawah.

Meski sudah 30 tahun berlalu, lagu-lagu 80-an masih populer. Fenomena ini dijelaskan dengan teori nostalgia kolektif Fred Davis. Lagu-lagu ini menjadi jangkar memori bagi generasi yang mengalaminya, dan jendela ke masa lalu bagi generasi muda.

Namun, penting juga melihat era ini secara kritis. Dominasi musisi tertentu mencerminkan ketimpangan akses dalam industri musik. Musisi daerah atau etnis minoritas masih sulit menembus mainstream. Ini menjadi catatan penting untuk industri musik Indonesia ke depan agar lebih inklusif.

Era 80-an meninggalkan warisan tak terlupakan dalam sejarah musik Indonesia. Karya-karya dari periode ini lebih dari sekadar lagu; mereka adalah cermin zaman yang memantulkan harapan, kegelisahan, dan aspirasi bangsa. Lirik-liriknya mengangkat isu sosial, politik, dan romansa yang relevan dengan zamannya. Melodi dan aransemennya mencerminkan perpaduan unik antara unsur tradisional dan modern. Keragaman genre, dari pop, rock, hingga dangdut, menunjukkan kekayaan ekspresi musikal Indonesia. Inilah yang membuat musik 80-an tetap istimewa dan terus dikenang dalam lanskap budaya Indonesia, bahkan oleh generasi yang lahir jauh setelahnya.

Referensi:

  • [1] Okezone Celebrity. (2024, March 19). Band legendaris Indonesia era 80-an yang masih bertahan hingga kini. Okezone. https:  //celebrity.  okezone.  com/read/2024/03/19/205/2984966/band-legendaris-indonesia-era-80-an-yang-masih-bertahan-hingga-kini 
  • [2] Kapanlagi Musik. (n.d.). 60 lagu lama Indonesia populer 80-an paling legendaris dan bikin nostalgia hits pada masanya. Kapanlagi. https:  //musik.  kapanlagi.  com/berita/60-lagu-lama-indonesia-populer-80-an-paling-legendaris-dan-bikin-nostalgia-hits-pada-masanya-84d109.  html 
  • [3] iNews Lifestyle. (n.d.). Deretan penyanyi legendaris era 1980-an lagunya masih enak didengar sampai sekarang. iNews. https:  //www.  inews.  id/lifestyle/seleb/deretan-penyanyi-legendaris-era-1980-an-lagunya-masih-enak-didengar-sampai-sekarang 
  • [4] Berita Satu. (n.d.). 80an era terbaik musik Indonesia. BeritaSatu. https:  //www.  beritasatu.  com/news/71880/80an-era-terbaik-musik-indonesia 
  • [5] Geotimes. (n.d.). Kilas balik pop Indonesia tahun 80-an. Geotimes. https:  //geotimes.  id/opini/kilas-balik-pop-indonesia-tahun-80-an/
  • [6] Jawa Pos. (n.d.). Tren dan warna musik Indonesia dekade 1970an sampai 2010an. Jawa Pos. https:  //www.  jawapos.  com/music-movie/01315740/tren-dan-warna-musik-indonesia-dekade-1970an-sampai-2010an 
  • [7] Gramedia. (n.d.). Lagu nostalgia 80-90an. Gramedia. https:  //www.  gramedia.  com/best-seller/lagu-nostalgia-80-90an/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun