Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... Lainnya - ASN | Narablog sejak 2010

Introvert, Millenial, Suka belajar hal-hal baru secara otodidak.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Sebagai Alat Manipulasi di Dalam Politik

26 Juli 2024   17:40 Diperbarui: 26 Juli 2024   17:40 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Survei Litbang Kompas tahun 2019 {1]  menunjukkan bahwa polarisasi politik di Indonesia semakin meningkat, dan hal ini tidak terlepas dari penggunaan bahasa yang provokatif dan memecah belah.

Selain polarisasi, manipulasi bahasa juga dapat memicu radikalisasi. Penggunaan bahasa yang ekstremis dan kebencian dapat mendorong individu untuk melakukan tindakan kekerasan. 

Radikalisasi sering kali dipicu oleh narasi yang menyederhanakan masalah dan menggambar musuh yang jelas.

Ketidakpercayaan adalah dampak lain yang serius dari manipulasi bahasa. 

Ketika masyarakat terus-menerus dibombardir dengan informasi yang salah atau menyesatkan, mereka akan kehilangan kepercayaan terhadap institusi dan pemimpin. 

Ketidakpercayaan ini dapat melemahkan demokrasi dan membuka jalan bagi munculnya otoritarianisme.

4. Peran Media Sosial dan Pendidikan Dalam Melawan Manipulasi

Media sosial telah mempercepat penyebaran informasi, baik yang benar maupun yang salah. 

Algoritma yang dirancang untuk memaksimalkan keterlibatan pengguna seringkali menyajikan konten yang memicu emosi, seperti kemarahan atau ketakutan. 

Hal ini memperkuat polarisasi dan membuat masyarakat semakin sulit untuk membedakan fakta dari fiksi. Akibatnya, pendidikan menjadi kunci untuk mengatasi masalah ini. 

Dengan meningkatkan literasi media dan kritis terhadap informasi, individu dapat lebih mampu mengenali manipulasi bahasa dan membuat keputusan yang lebih baik.

Contoh kasus:

Pilpres Amerika Serikat

Kampanye Donald Trump (2016)

  • "Make America Great Again": Slogan ini sangat efektif dalam membangkitkan nostalgia dan harapan akan masa lalu yang lebih baik. Namun, definisi "great" yang dimaksud sangat subjektif dan dapat ditafsirkan secara berbeda oleh berbagai kelompok.
  • "Drain the Swamp": Slogan ini digunakan untuk menggambarkan korupsi di Washington DC dan janji untuk membersihkan pemerintahan. Slogan ini sangat sederhana dan mudah diingat, namun kurang spesifik mengenai tindakan konkret yang akan diambil.
  • Penggunaan kata-kata kasar dan provokatif: Trump sering menggunakan bahasa yang kasar dan provokatif untuk menarik perhatian media dan membangkitkan emosi pendukungnya. Hal ini berhasil membedakan dirinya dari kandidat lain dan menciptakan citra sebagai sosok yang berani dan jujur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun