Mohon tunggu...
Aidhia Idea
Aidhia Idea Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

lahir, tumbuh, dan hidup dengan kesederhanaan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Cinta Sederhana

3 Maret 2012   12:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:34 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang memiliki sebuah cinta yang sederhana, tak berpijak pada lingkupan dunia luar, eksistensinya tetap berada di dalam, menjaganya dengan tanpa pahaman, jauh dari hingar bingar material, dan berusaha abai terhadap kuasa waktu. Lantaran hati harus sangat siap untuk bisa tetap insyaf kala tawa membuncah dan riang menggema namun tetap harus bersiap menampung derai sedih, luap kecewa, dan harus menguat dengan keikhlasan. Akhirnya banyak yang mempertahankannnya, banyak juga yang melepasnya. Tak ada yang salah dengan bertahan atau pun berjalan menjauh. Setiap orang butuh penegasan untuk melanjutkan hidup, memaknainya sebagai keputusan yang berharga, perubahan untuk menghasilkan diri yang lebih bisa mengerti dengan tempaan-tempaan beraneka , sebuah cara untuk menghargai keinginan diri yang tak butuh pengakuan dari manapun.

Setiap yang memiliki cinta sederhana jelas tau, satu-satunya naluri yang dimiliki cinta sederhana adalah memberi, memberi, dan memberi. Memberimenjadi satu-satunya cara agar ruang kosong yang dimilikinya akan semakin terisi, memberi tidak membuatnya kekurangan malah menjadikannya ruah yang berlipat-lipat, memberi seolah menjadikannya sempurna. Sedangkan keinginan memiliki adalah satu penanda betapa cinta itu telah hadir dan menginginkan wujud, ingin berbagi dan sebuah jalan agar mempunyai pondasi atas dasar saling menerima.

Namun Jika bertahun telah hilang, dengan cinta yang sederhana dan cara yang sederhana pula, hanya mampu menyisipkannya selalu dalam doa, mengharapkan kedatangannya namun sama sekali tak pernah tau muara doa akan berujung ke mana, sebab perlu juga diyakini bahwa dengan cara yang semestinyalah semua bisa mewujud. Satu-satunya cara yang kupunya, hanya menghidupkannya dalam hati, cara yang memiliki tingkatan paling sederhana.

Dahulu semuanya terasa sudah pudar, dan pertanyaan-pertanyaan pun mulai bermunculan. Masihkah hal yang sepertinya benar-benar sudah tiada harus ditahan-tahan lagi? Rasa-rasanya, semuanya hanyalah ilusi. Cinta yang cukup sederhana akankah mampu menguatkan dirinya tatkala separuhnya entah berada dimana? Pun tak ada tanda-tanda yang mempertegas keberadaannya. Ingin sekali rasanya berpegang terus pada hati. Hati kuat mengingini, pikiran ketat membatasi.

Terkadang waktu untuk menegaskan keberadaannya, semua dipaksanya berlari, letih tak dijadikannya imbal yang sepadan. Dan kini, akankah waktu bisa bertindak sebagai penuntun ataukah pengubah?

Hati adalah muara untuk banyak pelajaran berharga. Bagaimana kiranya harus memposisikan diri di antara kasih sayang Tuhan yang begitu melimpah? Hingga saat ini, yang kupunya hanya syukur. Pun adalah cara menerima yang paling sederhana.

La haula wa la kuwata illa billah...

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun