Tiba -- tiba masuk chat yang berbunyi "Yassakkk, Robby, saya bangga, bahagia, terharu. Demi melihat fotomu, saya bisa merasakan betapa beraat perjuanganmu. Demi melihat fotomu, engkau telah menjelma menjadi Ronald Admunsen. Wajah --wajah yang terpapar angin beku yang mematikan tidak menyurutkan langkahmu. Demi meihat fotomu, air mata inipun tidak cukup menggambarkan beratnya perjuanganmu. Ya Allah yang Maha Agung, kami mohon selamatkan adik --adik kami dan pulangkan ke dalam pelukan kami" kiriman Gogor Waseso salah satu tim yang mencetuskan Seven Summits dan tergabung dalam Ekspedisi Jaya Carztenz Universitas Airlangga pada tahun 1994.
Kemudian disusul Paulus memotivasi mereka "Yasak....Roby. Faishz.. jawab dengan lantang... TABAH SAMPAI AKHIR.. VIVA WANALA". Kemudian Gogor menamnbahkan "Jika dimungkin harus dipotong dan disambung. Saya sumbang satu jari saya". Karena bangga yang tak terhingga pengorbanan kami tidak sama dengan ketiga atlit ini.
Kami para Mahasiswa Pencinta Alam WANALA Universitas Airlangga berjuang dari 0 untuk mewujudkan mimpi mengibarkan bendera almamater dan sang saka Merah Putih di Denali. Mengorbankan kuliah kami, waktu kami, tenaga kami sahabat kami, bahkan keluarga kami selama 20 bulan dari Oktober 2015 lalu demi 1 bulan ini dari 16 Mei 2017 hingga 26 Juni 2017. Pemuda harus bisa membawa bangga keluarga, almamater dan bangsa. Pemuda harus bisa berkreasi. Hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin, jika engkau MUDA BERANI BERKARYA. Masih ingat pesan Bung Karno "Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia". ViVA WANALA, TABAH SAMPAI AKHIR.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H