Mohon tunggu...
sya
sya Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswi

deactive account,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wow Indonesia

3 Maret 2020   11:28 Diperbarui: 3 Maret 2020   11:38 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia, mendengar namanya pasti sudah terlintas berbagai macam pendapat mengenainya. Indonesia masih tertinggal jauh, kualitas pendidikan di Indonesia rendah, kebijakan pemerintahannya buruk, Indonesia banyak hutang, banyak koruptor, pengangguran meningkat dari tahun ke tahun, sampah dimana-mana dan masih banyak lagi opini-opini buruk lainnya mengenai bangsa yang memiliki keanekaragaman hayati luar biasa ini. Sadisnya ucapan-ucapan tersebut tidak keluar dari mulut orang lain, melainkan berasal dari suara rakyat Indonesia itu sendiri. Pemikiran-pemikiran tersebut seharusnya tidak muncul di pemikiran orang Indonesia. Pemikiran seperti inilah yang harus dibuang jauh dalam jiwa orang Indonesia.

Negara seribu pulau dengan lebih dari 600 bahasa dan lebih dari 200 suku bangsa. Negara seribu candi dengan kebudayaan yang berbeda-beda disetiap daerahnya. Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan pancasila sebagai dasar negaranya dan bhinneka tunggal ika sebagai semboyannya. Inilah Indonesiaku. Inilah Indonesia yang beranekaragam dan berusaha menjunjung persatuan dan kesatuan penghuninya. Lantas bagaimana bisa mewujudkan persatuan dan kesatuan ini apabila rakyatnya saja tidak bangga akan Indonesia?

Dengan wilayah Indonesia yang sedemikian tertata beserta keistimewaannya, lalu bagaimana dengah tokoh-tokoh Indonesia? Beliaulah ilmuan Indonesia, B. J. Habibie penemu teori track progression, srikandi Indonesia Sri Mulyani direktur Bank Dunia. Khoirul Anwar penemu teknologi 4G yang sudah merajalela di seluruh dunia. Artina Pratiwi penemu vaksin penghambat virus flu burung. 

Ken K. Soetanto penyandang empat gelar doktor di Jepang. Masihkah kita menyebut Indonesia tertinggal jauh? Lalu bagaimana bisa kita menyebut kualitas pendidikan di Indonesia rendah ketika disana berdiri dengan tangguhnya saudara kita Kinantan Arya Bagaspati dari SMA Taruna Nusantara, peraih medali emas dalam kompetisi bergengsi International Mathematical Olympiad (IMO) yang digelar di Bath, Inggris pada Juli 2019 kemarin.
Mereka semua mengukir prestasi bukan semata-mata untuk kepuasan tersendiri, melainkan untuk satu tujuan, yaitu Indonesia. 

Berawal dari semangat belajar tinggi tanpa kenal lelah, kerja keras tanpa batas dan jiwa tak kenal putus asa serta doa yang selalu terucap dalam mulut mereka setiap harinya. Itu semua dilakukan hanya agar Indonesia tercinta mampu bersaing dengan negara lain. Hanya untuk menunjukkan pada dunia bahwa Indonesia bukan negara yang buta akan pendidikan.

Indonesia banyak sampah. Ya benar, sampah di Indonesia memang telah menyebar terlebih di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. Tapi jangan hanya menengok jumlah sampahnya saja, tapi lihat apa yang terjadi akibat meluapnya sampah di Indonesia? Sampah-sampah inilah yang memancing kreatifitas rakyat Indonesia untuk menjadikannya sebuah karya seni bernilai jual. Mereka mendaur ulangnya menjadi kerajinan unik dengan harga yang terbilang bombastik dan pastinya tidak hanya menarik perhatian warga Indonesia, tapi juga menarik perhatian warga negara asing dari seluruh penjuru dunia. 

Tidak akan ada miniatur-miniatur hasil daur ulang yang menarik jikalau tak ada sampah berlebih di Indonesia.

Kebijakan pemerintahan di Indonesia buruk. Masalah ini memang sudah menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah Indonesia, mulai dari presiden pertama kita sampai pada presiden yang ketujuh ini, untuk mewujudkan bagaimana agar rakyat Indonesia dapat hidup sejahtera. Tidak hanya satu atau dua individu melainkan berbagai macam individu yang pastinya berbeda-beda pendapat. 

Pemerintah berusaha melakukan reboisasi untuk menangani masalah polusi, pemerintah berusaha melakukan penyuluhan mengenai bahaya narkotika untuk mengurangi pengguna narkotika. Pemerintah bahkan melakukan pemindahan ibukota guna pemerataan penduduk di Indonesia. Usaha yang mereka lakukan tidak lain kembali pada kita sendiri, Indonesia. Mereka telah melakukan berbagai upaya guna kenyaman dan ketentraman rakyatnya.

Maka dari itu, kita sebagai rakyat Indonesia sudah sepantasnya bangga akan kelebihan yang dimiliki bangsa ini. Jangan hanya menilai kelemahan yang dimiliki Indonesia, tapi pikirkan bagaimana supaya kelemahan tersebut dapat menjadi kelebihan dan keistimewaan tersendiri bagi Indonesia. Berawal dari rasa bangga inilah yang nantinya akan membawa kita pada persatuan dan kesatuan Indonesia. Dengan rasa bangga ini maka akan memotivasi kita agar bisa membuat Indonesia eksis dimata dunia. Indonesia hebat, Indonesia cerdas, Indonesia istimewa, Indonesia mampu bersaing dan bahkan mampu menaklukkan negara lain. Inilah Indonesia bagiku. Wow Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun