Mohon tunggu...
Aida Raudhatul
Aida Raudhatul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta

Seorang mahasiswi ilmu politik yang sedang mencari jati diri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Peradaban Suriah: Penggunaan Konstruksi Kekuasaan Sosial Dalam Politik

6 Mei 2023   16:35 Diperbarui: 6 Mei 2023   16:38 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.voanews.com/a/us-captures-islamic-state-militants-in-syria-raid/7048479.html

Dalam peradaban, manusia tidak sanggup hidup sendiri, melainkan harus berkelompok untuk bisa memunculkan dasar dari kekuatan masing-masing individu. Dalam melihat konteks peradaban, terlebih dahulu kita harus mengetahui sejarah dari peradaban itu sendiri. Ada enam tahap yakni masa pra historis, masa historis kuno, masa yunani, masa romawi dan Hellnisme, masa Islam, dan masa Barat. Sebagai bentuk dari peradaban tahap masa Islam, Suriah adalah salah satu peradaban Islam yang memiliki warisan budaya yang terkenal. Kekhalifahan Islam di Suriah memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Suriah merupakan salah satu wilayah yang menjadi pusat peradaban Islam sejak masa awal kebangkitan Islam di abad ke-7. Suriah juga menjadi lokasi penting dalam sejarah Islam karena merupakan tempat berlangsungnya banyak peristiwa penting dalam sejarah awal Islam, termasuk pertempuran-pertempuran penting dan pembentukan negara Islam pertama di bawah kepemimpinan Khalifah Abu Bakar.

Pada abad ke-7, Suriah menjadi bagian dari Kekhalifahan Islam. Damaskus menjadi ibu kota kekhalifahan ini dan menjadi pusat perdagangan dan budaya Islam yang penting. Setelah itu, Suriah menjadi wilayah yang strategis dalam kekhalifahan Islam karena menjadi pusat perdagangan, kebudayaan, dan intelektualisme. Pada awal kekhalifahan, Suriah diperintah oleh para gubernur yang ditunjuk oleh Khalifah di Madinah. Namun, pada abad ke-8, khalifah Abbasiyah memindahkan pusat kekuasaan ke Baghdad, dan Suriah menjadi lebih otonom di bawah pemerintahan gubernur-gubernur yang kuat. Pada masa kekhalifahan Abbasiyah, Suriah menjadi pusat penting untuk produksi kertas dan tekstil. Suriah juga menjadi tempat berlangsungnya banyak perang dan pertempuran antara kekhalifahan dan kekuatan lain, termasuk Perang Salib.

Kemudian, pada abad ke-16, Kesultanan Utsmaniyah mengambil alih kekuasaan di Suriah. Suriah tetap menjadi wilayah penting dalam kekaisaran Utsmaniyah selama beberapa abad. Pada abad ke-20, Suriah menjadi bagian dari Kesultanan Utsmaniyah yang memasuki Perang Dunia I. Setelah Perang Dunia I, Suriah menjadi mandat Prancis dan akhirnya memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1946. Selama beberapa dekade setelah kemerdekaannya, Suriah mengalami banyak pergolakan politik dan sosial, termasuk kudeta militer, perang saudara, dan invasi oleh negara-negara tetangga. Peradaban Suriah setelah merdeka ditandai dengan konflik dan ketidakstabilan politik yang berlangsung selama beberapa dekade, dengan dampak yang merusak pada masyarakat dan ekonomi Suriah.

Hal ini tentunya membawa kita kepada perspektif Max Weber, dimana politik dapat dikatakan sebagai constructed used of social power, maksudnya adalah politik adalah konstruksi penggunaan kekuasaan sosial. Dalam pandangan Weber, kekuasaan sosial adalah kemampuan individu atau kelompok untuk mempengaruhi tindakan orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Weber berpendapat bahwa politik melibatkan penggunaan kekuasaan sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu, termasuk pengambilan keputusan dan pemerintahan.

Dalam situasi ini, kekuasaan sosial di Suriah terus berubah dan berkembang. Beberapa kelompok oposisi dan lokal telah berusaha membangun bentuk kekuasaan sosial alternatif, seperti dewan-dewan lokal dan gerakan-gerakan masyarakat sipil. Namun, tantangan yang dihadapi oleh mereka dalam melawan kekuasaan yang sudah mapan dan menghadapi ancaman dari kelompok-kelompok bersenjata tetap besar. Kekuasaan sosial dalam politik Suriah juga mencakup isu agama dan etnis. Suriah memiliki populasi yang beragam, dengan mayoritas Muslim Sunni dan minoritas Muslim Syiah, Kristen, Druze, dan Kurdi. Konflik agama dan etnis telah menjadi faktor penting dalam politik Suriah dan telah memperumit situasi politik di negara tersebut.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa Suriah memiliki sejarah peradaban yang kaya dan menjadi negara dengan budaya dan warisan Islam yang penting bagi dunia Muslim. Suriah memiliki banyak situs bersejarah yang terkait dengan Islam, seperti Kota Kuno Damaskus, Masjid Umayyah, dan Kuil Agung Aleppo. Kota Kuno Damaskus adalah salah satu situs warisan dunia UNESCO yang terkenal dan menjadi pusat kehidupan intelektual dan keagamaan Islam pada abad ke-8 dan ke-9. Masjid Umayyah juga dikenal sebagai Masjid Besar Damaskus, dan merupakan salah satu masjid terbesar dan paling penting di dunia. Kuil Agung Aleppo juga dikenal sebagai benteng Islam yang kuat selama Perang Salib. Suriah juga memiliki banyak ulama dan sarjana Islam terkenal, seperti Imam An-Nawawi dan Ibnu Taimiyah. Suriah juga terkenal dengan adat istiadat dan kebudayaannya yang kaya, seperti tarian Dabke dan makanan khas seperti falafel dan hummus. Dengan banyaknya situs bersejarah, ulama, dan kebudayaan yang kaya, Suriah memainkan peran penting dalam dunia Muslim. Hal ini menjadikan Suriah sebagai tempat yang sangat penting bagi mereka yang ingin mempelajari sejarah dan budaya Islam, serta untuk meningkatkan pemahaman tentang agama dan kebudayaan Islam secara umum.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun