Asal usul teori sosiokultural paling erat kaitannya dengan karya psikolog Rusia Lev Vygotsky (1896 - 1934). Ia adalah seorang sarjana berbakat dengan minat yang luas, peneliti yang ulung, dan penulis yang produktif. Tujuan Vygotsky adalah "untuk menciptakan pendekatan baru dan komprehensif terhadap proses psikologis manusia" (Miller, 2011, hlm. 168). Ia sangat akrab dengan karya-karya orang sezamannya seperti Pavlov serta Piaget, Binet, dan Freud dan sering mengomentari ide-ide mereka. Pemikirannya juga dipengaruhi oleh para filsuf seperti Hegel, Marx, dan Engels. Ia meninggal karena tuberkulosis pada usia 37 tahun, hanya sepuluh tahun setelah karier profesionalnya di bidang psikologi dimulai (Miller, 2011).
Perspektif sosiokultural dalam pendidikan berakar dari teori pembelajaran sosial vygotsky. Teori tersebut menyatakan bahwa proses belajar tidak terbatas pada individu saja, melainkan juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan budaya disekitarnya. Menurut vygotsky, anak-anak belajar melalui interaksi dengan orang lain, terutama melalui dialog dan kolaborasi. Oleh karena itu, perspektif sosiokultural menekankan penntingnya interaksi sosial dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung. Pada dasarnya, letak sosiokultur adalah letak yang didasarkan pada keadaan sosial dan budaya daerah yang bersangkuta . Soekanto menyatakan bahwa sosio-kultural adalah suatu wadah atau proses yang menyangkut hubungan antara manusia dan kebudayaan . Sosiokultural dalam pendidikan pendekatan yang menekankan pentingnya memahami latar belakang dan budaya siswa, serta  menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.
 Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan perpektif sosiokultural dalam pendidikan:
- Memahami bahwa masyarakat dan budaya merupakan sumber ilmu
- Memahami bahwa kebiasaan sosial,kepercayaan,nilai,dan bahasa membentuk identitas dan realita seseorang
- Membangun lingkungan belajar yang inklusif dan responsifterhadap kebutuhan siswa
- Memperhatikan kebutuhan dan latar belakang siswa secara menyeluruh
- Membangun kolaborasi antara siswa untuk membuat pembelajaran lebih berarti dan relevan
- Manfaat teknologi untuk membuat materi agar lebih interaktif
Selain itu, perspektif sosiokultural juga berkontribusi pada pembentukan identitas sosial siswa. Ketika siswa berinteraksi dengan orang lain dari latar belakang budaya yang berbeda, mereka dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang identitas mereka sendiri dan identitas orang lain. Hal ini membantu mereka menjadi individu yang lebih terbuka, toleran, dan dapat bekerja sama dengan orang-orang yang berbeda.Oleh karena itu, perspektif sosiokultural dalam pendidikan menekankan pentingnya konteks sosial, budaya, dan interaksi dalam pembelajaran. Dengan melibatkan siswa dalam kolaborasi, menerapkan teknologi, dan memperhatikan keanekaragaman budaya, pendidikan dapat menjadi pengalaman yang lebih berarti, relevan, dan inklusif.
Perspektif sosiokultural dalam pendidikan menawarkan pendekatan yang kaya dan bermakna untuk memahami dan mengatasi tantangan pendidikan di Indonesia. Dengan menekankan pentingnya alat psikologis dan mediasi, serta peran interaksi sosial dalam proses belajar, perspektif ini dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan dan relevansi bagi para siswa. Guru memiliki peran sentral dalam penerapan perspektif sosiokultural ini, dan pemahaman yang mendalam tentang peserta didik adalah kunci untuk menerapkan perspektif ini secara efektif.Alat psikologis mencakup bahasa, teknologi, simbol matematika, dan alat bantu lainnya yang digunakan untuk berpikir dan belajar. Di Indonesia, penggunaan bahasa sebagai alat psikologis sangat penting mengingat keberagaman bahasa daerah. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional berfungsi sebagai alat pemersatu dan medium utama dalam proses belajar mengajar.
Mediasi dalam pendidikan merujuk pada peran guru dan orang dewasa lainnya dalam membimbing siswa melalui interaksi sosial untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam. Vygotsky menekankan pentingnya Zona Perkembangan Proksimal (ZPD) dan scaffolding, di mana guru memberikan dukungan sementara yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Guru dan lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perspektif sosiokultural. Pada akhirnya, mereka akan memberikan manfaat jangka panjang bagi perkembangan siswa dan masyarakat secara keseluruhan. Oleh sebab itu, peran guru tidak boleh disepelekan. Guru harus diberdayakan dan terus ditambah wawasannya, baik secara teoritik maupun praktikal. Kesejahteraannya pun sangat penting untuk ditingkatkan agar semangat mendidik siswa tetap membara dengan hasil yang memuaskan.
Manfaat dari pembelajaran ini sangat penting untuk kesiapan sebagai guru, termasuk pemahaman yang lebih mendalam tentang siswa, peningkatan keterampilan mediasi, dan penggunaan teknologi yang lebih efektif. Dengan menilai kesiapan diri saat ini dan mempersiapkan langkah-langkah lebih lanjut, guru dapat mengoptimalkan penerapan perspektif sosiokultural dalam pengajaran dan berkontribusi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI