Assalamu alaikum
Setelah suskes di beberapa kota lainnya kini Makassar mendapat giliran Nangkring Jelajah Non Tunai bareng Kompasiana dan Bank Indonesia tepatnya hari Sabtu, 23 Mei 2015 kemarin. Pelaksanaan Kompasiana Nangkring Jelajah Non Tunai yang berlokasi di lantai 4 sebuah ruangan rapat Bank Indonesia Perwakilan Makassar bisa dibilang sukses menarik perhatian peserta yang berasal dari puluhan mahasiswa, blogger, dan umum. Bagaimana tidak, sosialisasi tentang seluk beluk transaksi Non Tunai dijamin mampu meringankan beban perekonomian keluarga jauh lebih baik dan efektif. Banyak hal positif yang dapat dirasakan dalam layanan jasa transaksi Non Tunai ini.
Founder Kompasiana, Bapak Pepih Nugraha yang turut hadir dalam acara ini mengatakan bahwa Bank Indonesia telah menghabiskan dana sekitar RP 3 triliun per tahun hanya untuk mencetak uang logam dan uang kertas. Maka tida kada kerugian bagi peserta yang telah hadir dalam acara ini karena berkesempatan mendapat pemahaman manfaat transaksi non tunai dari pihak Bank Indonesia secara langsung.
Meningkatnya produksi uang logam dan uang kertas membuat pihak Bank Indonesia turut prihatin dan kewalahan mengurusnya. Disamping itu, kebanyakan masyarakat Indonesia juga tidak pandai merawat uang kertas yang dimiliki. Sebagai contohnya, kita lebih cenderung melipat dan mengusutkan uang kertas rupiah ketika akan berbelanja atau sekadar menyimpannya dicelengan mungkin dan terkadang tangan kita gatal mencoret uang kertas dengan menulis sebuah nama, nomor hape, dan alamat rumah. Jika uang kertas rupiah rusak, tercoret, atau sobek dan luabng sedikit saja, uang rupiah itu tak bakalan laku dipasar dunia sebagai alat tukar menukar. Hal demikian yang mengakibatkan mengapa uang Dollar yang selalu menjadi "Raja Uang" dimata dunia yang dijadikan sebagai alat penukaran dengan mata uang antar negara. Pernah nggak melihat sekali saja ada selembar uang Dollar yang kusut, tercoret, atau sobek?
Sekali lagi, acara Kompasiana Jelajah Non Tunai di Makassar ini sengaja diadakan sebagai upaya untuk mensosialisasikan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) yang sudah dicanangkan Bank Indonesia jauh-jauh hari sejak tanggal 14 Agustus 2014 yang lalu ke seluruh lapisan masyarakat. Sebagai Founder Kompasiana Indonesia, Bapak Pepih Nugraha berharap seluruh masyarakat Indonesia khususnya Kompasianer dan mahasiswa Makassar agar kiranya bersedia melanjutkan sosialisasi ini kepada keluarga, teman, dan orang-orang Makassar sekitarnya bahwa GNNTÂ ini sangat terbuka bagi siapa saja baik diperkotaan maupun pedesaan memberikan pelayanannya sesuai aturan yang ditetapkan bersama pihak Bank Indonesia.
[caption id="attachment_419710" align="aligncenter" width="300" caption="Narasumber yang kece-kece dan bersahaja (DokPri)"][/caption]
Perlu diketahui bersama bahwa masih ada sekitar 99,4 persen masyarakat Indonesia yang masih menggunakan uang tunai sebagai alat transaksi jual beli. Belum banyak yang mengetahui bahkan tidak menyadari bahwa jika menggunakan transaksi dengan uang tunai saat ini terdapat sejumlah kelemahan, diantaranya yakni meningkatnya biaya produksi cetak uang yang besar serta kurang praktis terutama dalam penyediaan uang kembalian yang sangat terbatas. Tahukah Anda bahwa uang logam yang kita miliki ini produksi dari Bank Indonesia fungsinya tidak lain adalah sebagai uang pengembalian sisa uang yang lebih saja, bukan untuk alat transaksi jual beli sebagaimana yang selama ini terjadi. Salah persepsi masyarakat terhadap fungsi sebenarnya dari jenis uang yang dipegang perlu diluruskan juga melalui GNNT ini.
Lalu apa keuntungan dari penggunaan layanan transaksi Non Tunai ini? Tentu saja prosesnya lebih praktis, cepat, pembayarannya yang sangat efesien, memiliki akses yang lebih luas dan terjangkau, sangat transparansi, dan keamanannya terjamin hingga perencanaan ekonomi keluarga lebih akurat.
Harapan besar yang kini menjadi impian bersama adalah transaksi Non Tunai ini nantinya diupayakan bisa berlaku dijajaran pemerintahan, pelaku bisnis, maupun perorangan. Tentunya akan dibarengi dengan penyediaan infrastruktur yang memadai serta penyadaran ke masyarakat mengenai manfaat transaksi Non Tunai.
[caption id="attachment_419964" align="aligncenter" width="300" caption="Narasumber dan moderator yang kece banget :)) (pictDokPri)"]
Tidak ada yang memungkiri jika layanan Non Tunai ini juga tengah memanfaatkan kecanggihan alat teknologi yakni gadget yang sudah menyediakan aplikasi transaksi yang aman, tercepat, dan hemat waktu. Dalam hal ini perkembangan gadget sangat berpengaruh dalam pertumbuhan transaksi Non Tunai di masyarakat, terkhusus bagi mereka yang menggunakan mobile banking. Peluang besar yang tidak lama lag akan membuat kita tersenyum bahagia, emak dirumah tidak stress lagi dengan belanja bulanan yang semakin meningkat, anak-anak mendapat pendidikan layak, dan kesejahteraan warga pedesaan juga mengalami kemajuan. Ungkap Bapak Dicky selaku Perwakilan Asosiasi Sistem Pembyaran Indonesia (ASPI) dengan optimis.
Selain itu, tersedia macam-macam instrumen pembayaran lain yakni berupa e-money yang terdiri dari chip based dan server based dengan sistem isi ulang yang bisa dilakukan di bank maupun di merchant-merchant yang menjadi mitra perbankan.
Hanya saja tantangan besar yang akan dihadapi oleh pihak pelayanan transaksi Non tunai ini tentu saja berkaitan tentang bagaimana cara memberi edukasi ke masyarakat di pedesaan yang sama sekali tidak terjamah oleh dunia banking, pengelolaan keuangan, dan penggunaan gadget atau mobile banking, bagaimana harus ke merchant-merchant serta bagaimana agar pengembangan sistem secara menyeluruh ini dapat terwujud dengan baik sesuai harapan.
Semua masalah pasti ada solusinya selama kita berpikir jernih, tetap optimis, kerja keras demi berbagi manfaat kepada siapa saja. Sistem pembayaran dengan cara transaksi Non Tunai ini juga bisa dilakukan dikalangan pemerintahan, termasuk pembayaran dengan cara transaksi pembayaran bantuan pemerintah ke masyarakat, termasuk melalui Bantuan LangsungTunai (BLT) sebagai contoh nyatanya.
Gerakan Nasional Non Tunai ini bertekad membangun kesadaran masyarakat, khususnya di mereka yang bertempat tinggal di pedesaan supaya bisa berinteraksi langsung dengan pihak bank terkait dan perusahaan yang sevisi misi yang siap menjalin kerja sama. Faktanya adalah pelaku banked people di Indonesia masih terbilang sangat rendah karena berbagai faktor dan alasan yang mempengaruhi, antara lain dikarenakan masyarakat desa terkesan malas mengantri di ruang administrasi bank, lokasi tempat penyelenggara Non Tunai yang cukup jauh dari rumah, jalur perjalanan yang tidak memadai, kemungkinan minimnya kendaraan atau jalanan rusak parah, tidak mengherankan bila merka juga merasa minder, malu, dan grogi bila ingin ke bank. Selain itu akses operator jejaring website atau internet masih menjadi kendala utama dipedesaan yang merupakan fasilitas utama yang seharusnya mempercepat proses registrasi dan seterusnya.
Yang terpenting adalah semua pihak menaruh impian yang nyata melalui layanan keuangan digital yang juga dihubungkan dengan agen-agen terpilih, dimana nantinya peran mereka diharapkan membawa dampak besar kepada masyarakat yang dibantu dalam hal penggunaan uang elektronik, transaksi Non Tunai, serta meningkatkan taraf kesejahteraan yang memiliki usaha bisnis dikampungnya.
Lewat tulisan sederhana, saya mendukung penuh dan turut serta mensosialisasikan Gerakan Nasional Non Tunai ini sekarang dan selamanya! Segala kekurangan dan kekeliruan yang ada memang tidak pernah lepas dari setiap gerakan yang akan dilakukan, namun setidaknya, sebagai makhluk sosial, kita butuh penghidupan yang layak dan terus bekerja keras. Kita selalu dituntut untuk tulus berbagi apa saja, tidak mempersulit urusan orang lain, terus belajar dan berbenah diri dari kesalahan. Wassalam [AAF]
Sebagai bonus untuk peserta acara ini, diadakan balapan twitter dengan tag #nangkring #saatnyanontunai mention @kompasiana dan @bank_indonesia selama acara berlangsung dan berhasil menjawab pertanyaan dari masing-masing narasumber. Mereka yang beruntung mendapat hadiah berupa tabungan (entah berapa rupiah) langsung dari Bank Indonesia terkait. Pada akhir acara kami dihibur dengan stand-up komedi asal Makassar sendiri, menyantap makan siang, foto selfie, ngobrol dan ber-haha-hihi. Pukul 3 siang teng, pulang ke rumah.