Bingung akhir pekan ini mau jalan-jalan kemana? Kunjungi saja Pekan Flori dan Flora tingkat Nasional yang diadakan di Yogyakarta. Kegiatan ini adalah agenda tahunan nasional Direktorat Jendral Holtikultura Kementrian Pertanian.
Pada tahun ini, Yogyakarta menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan PF2N yang ke 6 dengan tema : “Hortikultura Nusantara sebagai gaya hidup sehat”.Istilah hortikultura diartikan sebagai usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias, sehingga hortikultura merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-buahan, sayuran dan tanaman hias. (sumber)
Seperti yang telah kita ketahui, kota Yogyakarta terkenal dengan kota yang memiliki potensi budaya, pendidikan dan pariwisata. Sehingga dipilihnya kota Yogyakarta menjadi tuan rumah merupakan strategi yang tepat untuk membuat pameran ini akan banyak dikunjungi. Pekan Flori dan Flora Nasional ini resmi dibuka pada hari Rabu (2 Oktober 2013) yang lalu oleh Menteri Pertanian Suswono dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Karena keterlambatan penulis datang di lokasi kegiatan, jadi penulis tidak bisa menuliskan proses pembukaan pekan flori dan flora tersebut. Ketika penulis datang, Menteri Pertanian Suswono dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X sudah berada ditengah-tengah kebun melon, untuk melihat melon yang menjadi juara I perlombaan kategori melon no net.
Kegiatan ini juga disemarakkan oleh pawai andong yang berhiaskan tanaman hortikultura (buah-buahan, sayuran, tanaman obat, dsb). Andong tersebut mewakili daerah masing-masing. Jadi ada sekitar kurang lebih 188 andong memadati kawasan pameran yaitu di jalan kenari.
Pekan Flori dan Flori yang diikuti oleh 188 daerah di seluruh nusantara ini sangat menarik karena kita bisa menikmati berbagai macam tanaman yang dihias rapi dan sangat indah. Pameran ini dibagi dalam beberapa area, diantaranya adalah stand pameran 188 daerah (lokasinya didalam tenda yang dibuat seperti aula besar, masing-masing daerah menampilkan display produk hortikultura andalan), area pameran taman, area kebun tanaman obat, area kebun tanaman buah (melon, semangka, papaya, dsb) area tanaman sayuran (cabai, tomat, oyong, dsb).
Setelah sampai di stand pameran 188 daerah, Saya kemudian mewawancarai Ibu Zula Katili dan Ibu Vonny Jantoy, mereka adalah perwakilan dari daerah Gorontalo. Menurut mereka, kegiatan ini dinilai baik karena sebagai media promosi hasil produk khas daerahnya. Produk khas dari Gorontalo yang menjadi andalan adalah Cabai Malavita FM dan Tomat Tamate Le Rah. Cabai yang berukuran kecil ini, tidak ada yang mengira kalau tingkat kepedasannya sangat tinggi. Tomat Tamate Le Rah dengan ukuran mini tersebut sudah langsung bisa dikonsumsi, tidak seperti tomat yang berukuran besar pada umumnya. Menurut mereka, ada kekurangan pada penyediaan fasilitas, yaitu didalam stand terasa sangat panas. Mungkin kedepannya panitia bisa menyediakan AC didalam stand :D
Produk hortikultura kedua yang dicicipi penulis adalah Pepaya Mini dari Balikpapan. Papaya ini berukuran kecil, hampir seperti ukuran buah mangga pada umumnya. Tetapi daging buah ini manis, dan tekstur dagingnya padat (tidak berair seperti papaya pada umumnya). Di dalam stand, disediakan tester sehingga kita bebas mencicipinya. Jika ingin membawa pulang papaya yang satu ini, cukup membayar 5 ribu rupiah per bijinya.
Produk hortikultura lain yang menarik perhatian penulis adalah Pakis Monyet dari Sumatra Barat. Bonggol keemasan di pangkal batangnya dan bulu-bulu yang tumbuh di bonggol tersebut sangat mirip rambut monyet. Harga 1 pakis monyet ini berkisar antara 50-100 ribu. Jangan kuatir tentang bagaimana cara membudidayakannya, karena beberapa orang perwakilan dari Sumatra Barat akan siap menjelaskan.
Lihat Sosbud Selengkapnya