Mohon tunggu...
Aidah Nuraini Ilma
Aidah Nuraini Ilma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai bagian dari kompasiana saya sangat menikmati konten terkait Humaniora dan lyfestyle. Ikutin perkembangan ku dalamm menuliss yukk

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Akses Pangan Buruk, Dampak Nyata Pembangunan Tidak Merata

6 Oktober 2024   01:10 Diperbarui: 7 Oktober 2024   18:56 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak dirancangnya Pembangunan lima tahun kedepan atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang memfokuskan pada peningkatan kesejahteraan rakyat dan kualitas manusia, isu mengenai ketahanan pangan masih menjadi yang fundamental bagi republik. Kegagalan pemerintah untuk mewujudkan akses pangan yang mudah dijangkau oleh semua kalangan memberikan dampak yang tidak diinginkan oleh setiap individu. Apa yang menjadi menjadi akar permasalahan dari isu ini?

sudah 79 tahun sejak Indonesia merdeka, banyak sekali kemajuan yang kita rasakan pada setiap segi kehidupan. Namun, Pembangunan yang terlaksanakan masih menghadirkan kesenjangan, baik secara ekonomi maupun Sumber Daya Manusia-nya. Luas wilayah yang mencapai 5.193.250 km (mencakup daratan dan lautan) dan letak geografis yang cukup rumit, Indonesia masih dihadapkan dengan isu tidak meratanya pembangunan di seluruh wilayah Indonesia. Padahal sebagai indikator penting, Pembangunan lah yang menunjangi masyarakat dalam menjalani kegiatan ekonomi dan sosial, Jika infrastruktur dan fasilitas yang tersedia sudah rusak, ketinggalan jaman, dan tidak efisien, lalu bagaimana masyarakat ingin menjalani kehidupannya yang sejahtera?

Pernyataan seperti "perubahan" dan "kemajuan" hanya menjadi konsep ideal atau harapan kosong ketika indikator-indikator utama seperti harapan hidup, pendidikan, dan standar hidup masih jauh dari kata layak. Sayangnya, kondisi ini menggambarkan kenyataan yang dialami masyarakat di kawasan timur Indonesia. Kesenjangan sosial dan ekonomi sangat kontras antara wilayah barat dan timur, di mana masyarakat timur belum merasakan manfaat nyata dari pembangunan yang sering dijanjikan oleh pemerintah di masa-masa tertentu.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga menilai bahwasanya, kualitas masyarakat di kawasan timur cenderung tertinggal setidaknya satu dekade (10 tahun) dibandingkan dengan masyarakat di kawasan barat Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat pada 2024 angka kemiskinan terbesar masih berada di pulau Maluku dan Papua dengam presentase sebesar 19,39% atau 0,94 juta orang. Data ini menjadi bukti nyata bahwa fokus pengembangan infrastruktur dan sumber daya manusia masih berpusat di wilayah barat Indonesia, khususnya pulau Jawa.

Pembangunan berperan penting dalam menentukan kualitas hidup masyarakat. Jika pembangunan tidak terealisasikan secara optimal, maka peluang masyarakat untuk mencapai kualitas hidup yang baik pun semakin kecil. Tidak hanya pendidikan yang sulit dijangkau, bahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan pun menjadi tantangan besar ketika akses menuju sumber-sumber makanan membutuhkan perjalanan panjang dan melelahkan. Kondisi ini menunjukkan bahwa tanpa infrastruktur yang memadai, masyarakat kesulitan untuk berkembang, dan pemenuhan kebutuhan dasar pun menjadi perjuangan yang berat.

Kondisi jalan yang buruk dan akses transportasi yang tidak memadai, ditambah dengan sulitnya mendapatkan pendidikan, hanya akan menghasilkan dampak negatif bagi kualitas hidup individu. Situasi ini memaksa masyarakat untuk mencari cara paling praktis dalam memenuhi kebutuhan dasar, termasuk makanan. Akibatnya, banyak yang akhirnya memilih mengonsumsi makanan instan yang mudah diperoleh dan tidak membutuhkan proses pengolahan yang rumit, meskipun rendah gizi seperti nasi putih, tepung, dan makanan instan, daripada mengonsumsi makanan bergizi seperti buah, sayuran, dan protein hewani.

Pilihan ini tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga memperburuk siklus kemiskinan dan menurunkan potensi untuk meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhanyang kemudian menimbulkan masalah yang lebih dalam. Akibatnya, isu seperti wasting, stunting, malnutrisi, dan kekurangan gizi lainnya menjadi ancaman serius bagi pertumbuhan, perkembangan, dan keberlangsungan hidup anak-anak. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga berpotensi menghambat masa depan generasi mendatang.

Secara garis besar, isu mengenai akses pangan yang dihadapi Indonesia berakar dari realisasi pembangunan yang tidak merata. Akses pangan yang baik adalah fondasi bagi kehidupan yang sehat, produktif, dan sejahtera. Tanpa akses ini, masyarakat sulit berkembang secara optimal, baik secara individu maupun kolektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun