Pada masa pandemi Covid ini begitu banyaknya sector yang terkena dampaknya, salah satunya adalah pendidikan. Dengan keadaan yang kurang memungkinkan untuk bertatap muka ini membuat pembelajaran kurang efektif walaupun terdapat jalan keluar dari permasalahan ini yaitu pembelajaran yang dilaksanakan secara virtual. Namun demikian pembelajara virtual pun menjadi masalah baru dalam proses pembelajaran, banyak problematika yang dihadapi diantaranya adalah kestabilan signal internet, keterbatasan kuota dan keterbatasan perangkat keras maupun lunak untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka secara virtual.
Di samping itu pembelajaran yang efektif tidak lepas dari pengelolaan kelas, tugas pendidik yang penting dilakukan, yaitu mengelola kelas yang bertujuan agar situasi dan kondisi kelas yang dapat memfasilitasi terjadinya interaksi edukatif antara peserta didik dan pendidik. Dalam kondisi ini tentu memerlukan suatu proses pengelolaan kelas secara efektif untuk menghasilkan proses pembelajaran yang efektif pula. Namun itu semua dapat dilaksanakan secara normal ketika keadaan pun normal, sedangkan  di masa pandemi sekarang ini tentunya seorang guru harus lebih menguasai kelas yang tidak terbatas oleh ruang, menggunakan digital. Sudah menjadi keharusan bagi seorang guru menguasai teknologi, melalui budaya literasi inilah seorang guru akan dapat menguasai kelasnya masing masing. Demikian ketika kesiapan guru harus lebih dipersiapkan dalam pembelajaran jarak jauh karena guru merupakan salah satu fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar, maka kesiapan murid pun harus menyeimbangi kesiapan guru, diantaranya fasilitas penunjang keberlangsungan pembelajaran jarak jauh seperti halnya perangkat lunak maupun keras, kesiapan signal internet dan kuota pada masing-masing murid.
faktanya, ketika pembelajaran jarak jauh di terapkan pada daerah-daerah yang mendukung kesiapan-kesiapan Pembelajaran Jarak Jauh bukan menjadi masalah bahkan di masa pandemi ini dapat menjadi suatu peluang memajukan teknologi digital dunia pendidikan, namun ketika penerapan pembelajaran jarak jauh yang di terapkan karena kebijakan untuk memutus rantai penularan virus corona di instansi berada di daerah yang kurang mendukung fasilitas pendukung pembelajaran jarak jauh terlebih diterapkan pada sekolah tingkat dasar menjadi masalah yang harus diperhatikan lebih tentunya untuk memecahkan permasalahan ini bersama. Â Pada dasarnya usia di jenjang sekolah dasar yang berkisar 6-12 tahun menurut Seifert dan Huffug memiliki 3 jenis perkembangan yaitu perkembangan Fisik, perkembangan Kognitif dan perkembangan Motorik. karakteristik anak sekolah dasar yang termasuk dalam 3 perkembangan itu diantaranya, senang bermain, senang bergerak, senang bekerja/belajar secara berkelompok, senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung, dengan demikian pendampingan langsung sangat penting dalam proses pembelajaran untuk mendorong perkembangannya. Di usia ini lah lebih membutuhkan pembimbingan, belajar bukan selamanya tentang teori namun juga pembiasaan dari keteladanan yang diamati seorang peserta didik.
dalam kondisi seperti ini pula tidak dapat dipungkiri bahwa kesehatan yang paling penting, namun pendidikan yang merupakan salah satu komponen yang juga penting di suatu negara yang harus di laksanakan dalam kondisi apapun. Dengan keterbatasan ruang ini, lingkungan menjadi pengaruh utama dalam pendidikan,  bahkan pengaruh lingkungan dari sebelum pandemi pun menjadi aspek yang mempengaruhi tumbuh kembang anak. ketika suatu instansi pada daerah yang kurang kondusif dalam menerapkan pembelajaran melalu video conference lingkungan berperan menggantikan peran lingkungan sekolah, keluarga adalah garda terdepan membantu kesuksesan pembelajaran jarak jauh terlebih lagi tidak setiap individu dalam keluarga pun mampu membantu peserta didik dalam pembimbingan dan pendampingan proses pembelajaran, ini menjadi suatu yang harus masalah yang harus diperhatikan dan tentunya dipecahkan bersama.Â
Melihat fakta - fakta diatas maka perlu adanya terobosan baru untuk menjembatani permasalahan yang ada, beberapa alternatif yang diprakarsai oleh hasil implikasi dari surat edaran Mendikbud no. 4 tahun 2020, yaitu metode daring, metode luring, home visit, kurikulum terpadu dan blanded leaning. Dari beberapa metode tersebut maka  penggunaan Blended leaning pada masa pandemi ini dirasa sangatlah cocok.  Yaitu sebuah pengajaran yang memadukan proses belajar tatap muka berpadu dengan proses e - leaning. Mengkombinasikan belajar secara konvensional dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan, drill, dengan demikian pembelajaran daring yang  memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi untuk mendukung pembelajarannya namun tidak terpaku pada satu metode saja karena dipadukan dengan pembalajaran luring karena masalah keterbatasan perangkat penunjang yang ada pada peserta didik yang dalam kondisi yang kurang mampu mengikuti secara maksimal pembelajaran dalam jaringan/online. Hal ini dilakukan pula untuk membantu siswa/i berkembang lebih optimal dan baik dalam proses belajar, sesuai dengan gaya belajar maupun reverensi alam belajar. Metode ini dapat mendorong siswa menyediakan peluang yang praktis realistis bagi pendidik maupun peserta didik untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat dan terus berkembang secara dinamis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H