Baru-baru ini kembali terjadi kasus bullying yang menimpa santri Pondok Pensantren (Ponpes) Al-Ishlahiyyah, Kota Kediri, Jawa Timur. Korban diketahui bernama Bintang Balqis Maulana berusia 14 tahun. Sebelumnya Bintang sudah mengirimi pesan kepada ibu kandungnya, Suryanti. Meminta untuk dijemput dengan kalimat, "Gak kuat, Ma."
Kakak korban, Mia Nur Khasanah, mengaku curiga saat pihak setempat mengungkapkan alasan Bintang meninggal adalah karena terjatuh dari kamar mandi. Dugaan ini bukan tanpa alasan, pasalnya keranda Bintang terus mengeluarkan darah. Akhirnya keluarga memaksa untuk membuka keranda dan kain penutup jenazah, dan terbukti bahwa terdapat beberapa luka lebam di tubuh dan jeratan di leher korban.
Kejadian pilu ini memang masih sering terjadi di Indonesia. Keamanan pelajar di berbagai lembaga pendidikan dipertanyakan publik. Apakah Pondok Pesantren yang berlatar belakang agama pantas menjadi wadah dalam kasus seperti ini? Apakah pelaku tidak memiliki hati nurani melakukan hal keji semacam ini di ruang lingkup pendidikan berbasis agama? Walaupun tetap tidak dibenarkan kejadian ini terjadi di mana pun.
Perkembangan teknologi yang semakin canggih dewasa ini tidak mengubah Indonesia menjadi lebih maju dan baik secara moral, pada faktanya. Budaya konservatif seperti tindakan bullying ini masih kerap terjadi di lingkungan kita. Apakah pantas? Mari pertanyakan ini kepada masing-masing kita.
Akhir dari tulisan ini adalah pengingat betapa bahayanya budaya bullying ini dibiarkan. Ingin berapa nyawa lagi yang terbiarkan sia-sia hanya untuk memuaskan nafsu kejam pelaku? Jangan diam, lawan. Tindak pelaku bullying seberat-beratnya bersamaan dengan koruptor yang menurunkan nilai moralitas negeri ini.
Berhenti di Anda, mari ciptakan pola hidup menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H