Tujuh tahun lalu, ketika saya memutuskan untuk melangkahkan kaki menginggalkan kampung halaman, memantapkan hati untuk mengabdi pada negeri, menguatkan tekad untuk berbagi.Â
Masih teringat jelas perasaan ketika tiba di tempat pengabdian. Dalam hati bergumam "Bisakah saya menjalani ini?" "Apa saya tak salah mengambil keputusan?" "Apa ini bisa terlewati?" dan disetiap harinya selalu ada keluhan yang terucapkan. Sepuluh hari pertama yang terasa begitu lama, sempat terbersit sedikit penyesalan dalam hati karna memilih meninggalkan zona nyaman.Â
Kehidupan yang selama ini selalu dijalani dengan kemudahan, tiba-tiba harus berubah menjadi penuh dengan keterbatasan. Hidup di tempat tanpa aliran listrik, tanpa signal internet, dan tanpa fasilitas yang selama ini selalu digunakan. Satu tahun harus menjalani kehidupan yang baru, di tempat yang tak pernah terbayangkan. Pasaman Barat, tempat dimana saya memulai cerita. Memutuskan untuk mendidik ke pelosok desa, meskipun hanya terdapat beberapa siswa. Jika selama ini selalu mengajar pada ruang kelas yang terisi penuh, kali ini siswa satu kelas tak sampai sepuluh. Biasanya bisa bersantai sambil memainkan gawai, tapi saat itu perlu usaha untuk menghubungi orang tua di rumah.Â
Desa Tombang, desa dimana saya mendapatkan sebuah cerita, desa yang tak mudah untuk dijangkau. Untuk sampai ke desa itu, saya perlu melewati jalan yang berliku, melewati sungai dengan aliran air yang deras dan menuruni lembah. Saat kemarau datang, akan lebih mudah untuk melakukan perjalanan ke desa itu, tapi akan sulit mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Saat hujan lebat, kebutuhan air pasti terpenuhi tapi itu menyebabkan jalan licin dan akan menyulitkan perjalanan untuk keluar ataupun masuk ke desa itu. Hebatnya, meski perjalanan yang harus dilalui tak mudah, tetap ada guru-guru tangguh yang datang ke desa untuk mendidik putra dan putri bangsa, mereka tak mengeluh meski harus tergelincir jatuh. Guru-guru itu berkata, lelahnya perjalanan yang jauh selalu terobati dengan melihat semangat siswa dan siswi untuk belajar, mereka yang mau berjuang untuk mewujudkan mimpi.
Meski tak mudah, namun ternyata hari demi hari dapat terlewati, tempat ini berhasil membuat jatuh hati. Banyak hal indah yang dialami. Banyak pula hal baru yang dipelajari, niat awal memang pergi untuk berbagi dan mengabdi tapi nyatanya lebih banyak menerima dan memberi pelajaran pada diri sendiri. Sedih dan senang akhirnya dapat terlewati, pengabdian satu tahun yang dulu terasa seperti beban akhirnya terselesaikan. Setelah tujuh tahun berlalu, bukan penyesalan yang datang, namun berterimakasih karna sudah berani mengambil kesempatan. Kini di hati datang kerinduan, entah bagaimana kabar tempat pengabdian.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI