Mohon tunggu...
Nazia Kireinazia
Nazia Kireinazia Mohon Tunggu... Penulis - seorang gadis

seorang yang tak pernah sekolah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

bull: 2 abnormal

3 Juni 2015   21:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:22 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat satu bulan sejak perkataan Allika dan aku menjauh dari mereka kupikir semua baik-baik saja walau aku menolak ajakan Rafael untuk pergi tapi kami tetap seperti biasa di sekolah itulah yang membuatku merasa tenang. Terlebih aku bisa dekat lagi dengan kedua sahabat lamaku, aku tahu selama sebulan ini Rafael terlihat gelisah, entah karena aku atau masalah lain tapi aku pada saat itu tak peduli.

Ya, andai aku tahu bahwa dia abnormal, aku akan menjauh lebih awal dan tak akan memberinya kesempatan untuk melihatku secara berbeda dari teman-teman sekelas kami. Hari itu Rafael mencegatku saat aku pulang, saat itu debi dan mamat sedang ada latihan tambahan di tim olahraga sekolah kami yang mereka ikuti jadi aku pulang duluan saat bel pulang berbunyi.

Rafael terlihat sangat gelisah, kukira dia mencari Allika yang memang tidak terlihat di dekatnya, dia memegang erat lengan atasku sampai aku merasa kesakitan akibatnya. Ia hampir berteriak, bertanya kenapa aku menghindarinya membuatku terkejut akan prilaku Rafael yang tidak biasa dilakukan olehnya. Aku bilang, bawah aku tidak pernah menghidarinya, tapi aku tak bisa keluar karena orang tuaku sakit, kukira dengan alasan ini dia menyerah dan melepasku akan tetapi Rafael malah menjadi ia  berterial-teriak bahwa kebohonganku tak lagi berguna.

Orang-orang yang kebentulan lewat memandang kami berdua dengan aneh, entah apa yang mereka pikirkan yang pasti Rafael tak peduli mengenai orang-orang, walau aku sudah memohon supaya ia tidak berteriak seperti itu tapi tetap Rafael seperti orang gila. Sampai-sampai aku harus teriak balik. Rasa takutku mulai merasuk ke dalam tulang, rasa takut terhadap Rafael yang tak stabil. Apa ini maksud dari Allika?

Aku sama sekali tak bisa melepas cengkaman Rafael, kekuatannya sungguh tak bisa diremehkan walau Ia sudah mulai tenang setelah aku teriak marah kepadanya. Ia mulai melonggarkan cengkamannya tapi tak melepasnya, perlahan ia menurunkan genggaman hingga penggelangan kedua tanganku, Menggenggamnya erat.

Aku tak begitu paham Inggris tapi kata-kata yang dilafalkannya, aku tahu ke arah mana intinya. Jika saja aku seorang gadis mungkin aku akan melompat kegirangan karena seorang pemuda tampan telah menyatakan rasa sukanya, ya. Suka, bukan sebagai teman dan menginginkanmu. waktu itu entah apa perasaan yang mendominasi setelah mencerna kata yang di ucapkan Rafael, terkejut, heran, takut, jijik.

Semua perasaan itu membuatku mual, tak bisa berpikir jernih hingga aku berteriak dan menendang sampai Rafael terjungkal ke belakangnya. sementara aku berlari menjauh sekilas kulihat Allika datang berlari mendekati Rafael sambil menatapku tajam.

Dua hari aku tak ke sekolah setelah kejadian itu, tidak ijin, ibuku marah itu alasan yang memasakku untuk pergi sekolah pada hari ketiga walau rasanya seperti pergi ke tiang gantungan.  Aku tak tahu apa yang akan kulakukan jika bertemu Rafael...

Dan manusia memang lebih buruk dari binatang ketika mereka merasa benar sedang orang lain salah. Entah siapa yang melihat Rafael dan aku bertengkar lalu berakhir dengan pernyataan cinta yang salah, tapi di sekolah Rafael di sebut homo, dan di jauhi, di lempar kotoran. Bahkan aku pun di buling, Mamat dan Debi pun mengjauhiku.

Allika mereka sebut lesbi dan di jauhi murid perempuan, para murid laki-laki melecehkannya... aku tak tahu apa salah Allika? apa salahku, yang bahkan menolak Rafael? Dan pada saat ini kupikir apa salah Rafael.....?apa karena adik dari seorang yang berbeda.... apa karena di cintai pria... karena berbeda...

 

                                                                                      TBC

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun