Mohon tunggu...
Vienna Johan
Vienna Johan Mohon Tunggu... Guru - GURU SMKN2 KAB TANGERANG

Saat kita rapuh dan terjatuh, yakinlah ada SANG MAHA KUAT yang sangat menyayangi kita sebagai umatnya oleh sebab itu sabar berusaha tawakal dan minta pada SANG MAHA HEBAT yang menciptakan bumi tanpa Pondasi, membuat langit tanpa tiang, semua tergantung pada keyakinan ada diri kita sendiri, yakin selalu ada pelangi di setiap badai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dalam Bayang-bayang Cinta

15 Maret 2024   19:49 Diperbarui: 16 Maret 2024   10:29 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam Bayang Bayang Cinta

Di tepi jendela kamarnya, Mia duduk termenung. Malam begitu sunyi, hanya suara angin yang sesekali berbisik di antara dahan pohon di luar sana. Pikirannya melayang jauh, terjebak dalam kerumitan perasaan yang tak kunjung berujung.

Mia dan Adam, dua orang yang berjalan di jalur yang berbeda namun hati mereka terus bergerak dalam kehampaan yang sama. Mereka bertemu di sebuah pesta sekolah, mata mereka saling terpaku seolah menemukan jalan pulang yang hilang. Mia tak pernah mempercayai cinta pada pandangan pertama, namun Adam berhasil meruntuhkan tembok pertahanannya dengan senyumnya yang penuh kelembutan.

Namun, cinta mereka tak pernah begitu sederhana. Adam memiliki rahasia yang Mia tidak bisa membayangkannya. Ia selalu menjaga jarak, kadang berada di sisinya dengan penuh kehangatan, namun kadang menghilang tanpa jejak. Mia merasa seperti berjalan di atas kawat, tak pernah tahu kapan ia akan jatuh.

Setiap kali Mia mencoba menyingkap misteri di balik perilaku Adam, ia bertemu dengan dinding yang tak terlihat. Adam selalu menutup diri, tak mau membuka hatinya sepenuhnya. Mia, di sisi lain, terus mencoba mencari jawaban, terus berusaha memahami Adam meskipun tak pernah mendapat jawaban yang pasti.

Hingga suatu malam, di bawah cahaya remang-remang lampu jalan, Adam mengungkapkan segala rahasia yang ia sembunyikan. Ia memberitahu Mia tentang penyakit yang menggerogotinya perlahan-lahan. Kini, segalanya menjadi jelas bagi Mia. Adam selalu menjaga jarak karena takut akan melukai Mia lebih dalam ketika waktu untuk perpisahan tiba.

Mereka berdua terdiam, tak ada kata yang bisa mengungkapkan perasaan yang tengah melanda. Cinta mereka menjadi semakin berharga di mata Mia, namun juga semakin menyakitkan. Mereka tahu, waktu bersama mereka akan terbatas.

Di tepi jendela kamarnya, Mia kembali duduk termenung. Malam begitu sunyi, namun kali ini, suara angin tak lagi terasa sepi. Ada getaran yang mengisi hatinya, meskipun cinta mereka kelabu, Mia tahu bahwa setiap detik bersama Adam adalah anugerah yang tak ternilai harganya. Dan dalam keheningan malam itu, Mia memutuskan untuk mencintai Adam sekuat tenaga, meskipun cinta mereka terus berlabuh dalam bayang-bayang yang kelam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun