Mohon tunggu...
Ahyudin ACT
Ahyudin ACT Mohon Tunggu... -

Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT), sebuah lembaga kemanusiaan profesional milik rakyat Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Peduli Adalah Solusi

1 Oktober 2010   02:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:49 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tulisan ini sudah dimuat di www.act.or.id, situs lembaga kemanusiaan yang saya pimpin. Saya ingin berbagi dengan teman-teman di Kompasiana betapa kepedulian dan saling berbagi sesungguhnya sangat indah. Selamat membaca dan menikmati.

I'tikaf saya malam tanggal 27 Ramadhan 1431 H sungguh penuh gejolak batin. Ketika saya keluar malam untuk isi bensin mobil saya, saya saksikan puluhan manusia hamba Allah, entah pemulung atau gelandangan, umumnya ibu-ibu dan anak-anak masih sangat kecil-kecil berjejer di sepanjang ruas trotoar jalanan antara Gintung, Rempoa sampai kampus UIN Syarif Hidayatullah.

Anak-anak umumnya tidur bertilam koran atau kertas kardus atau kain lusuh tepat di hadapan (entah ibunya atau bukan), beberapa terduduk lemas. Ada sejumlah gerobak dorong di samping mereka. Apapun motif mereka, jelas ini membuat nurani saya terguncang. Di sepanjang jalan itu terpajang puluhan spanduk zakat.

Tak jauh dari tempat itu, hadir sejumlah lembaga zakat dan lembaga kemanusiaan seperti ACT yang saya pimpin. Saya merasa apa yang telah dan sedang dilakukan para pegiat sosial kemanusiaan seolah tak berbekas apa-apa. Ajakan untuk peduli dan solider bagi sesama masih jauh panggang dari api. Budaya peduli kita masih minimal dan sporadis. Peran dan tanggungjawab sosial masyarakat dan pemerintah kita masih sangat kurang.

Dalam muhasabah i'tikaf saya, saya merasakan betapa keteladanan kepedulian Rasulullah SAW dan para sahabat masih sangat jauh dari akhlak kita, malu rasanya kita. Saya khawatir i'tikaf kita seolah menjadi urusan pribadi masing-masing kita. Tak menjadikan kita lebih bermanfaat untuk orang lain.

Saya juga merasa tak enak rasa karena siang harinya saya telah tuntaskan segala kebutuhan bekal makan, pakaian, dan sandal baru untuk lebaran anak-anak dan istri saya. Saya khawatir, saya dan lembaga saya, ACT, kelak akan berat di hadapan Allah SWT atas ketidakmampuan saya berbuat bagi anak-anak terlantar (atau ditelantarkan) pada malam itu.

I'tikaf malam ini saya gunakan untuk mencari solusi, saya akan siapkan tim untuk mencoba mengatasinya. Satu-satunya yang sedikit menghibur saya adalah karena siang tadi saya terima laporan pekanan program ACT.

Alhamdulillah pekan ini ribuan anak-anak di pengungsian Gunung Sinabung, Sumatera Utara telah terbantu. Tim medis ACT di lokasi banjir Pakistan berhasil menangani 1200 anak-anak korban banjir. Buka bersama lebih dari seribu anak-anak gizi buruk dan keluarganya di Jadebotabek, paket Lebaran untuk ribuan pengungsi korban gempa di Sumatera Barat. Dan team ACT telah sukses masuk Jalur Gaza menyampaikan amanah bantuan para donor khusus untuk anak-anak Palestina.

Optimisme dan keyakinan saya tetap, yaitu jika kita semua memiliki jiwa peduli sesama, niscaya berbagai masalah bisa diselesaikan. Termasuk anak-anak yang tercecer mengenaskan di atas trotoar jalanan.

Ingat, PEDULI ADALAH SOLUSI.

Salam Peduli,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun