Mohon tunggu...
Ahyarros
Ahyarros Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tak Seburuk Sekolah Laskar Pelangi  

26 Agustus 2015   00:56 Diperbarui: 26 Agustus 2015   00:56 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Terik menyengat kulit saat melewati jalan setapak menuju kawasan selatan Sekaroh, Desa Jerwaru Lombok Timur. Anak-anak itu berseragaman merah puti, bermain di halaman sebuah bangunan yang berdiri tak jauh dari jalan menuju pantai Pink. Meraka terus menunjukan kebahagian disaat persiapan upacara peringatan hari Kemerdekaan ke 70 tahun Indonesia (17 Agustus 2015).

Itulah gedung sekolah Madrasah Ibditdakiyah (MI) Nahdlatul Wathan (NW) Nawwul Uyun sebuah sekolah cabang ormas terbesar di Nusa Tenggara Barat (NTB). Sekolah swasta ini termasuk yang membebaskan biaya pendidikan bagi muridnya. Kondisi gedung sekolah tak seperti di kota pada zaman sekarang yang serba memadai.   

Sebagian warna tembok yang semulanya hijau kini mulai memudar lantaran, tak pernah di cat lagi. Bangunan itu hannya memiliki tiga buah pintu dengan kondisi daun pintunya berlubang. Lantai semen pun banyak yang pecah dan berlubang, bahkan atapnya terlihat bocor, karena genting yang sudah berjatuhan. Sejak berdiri 2004, sekolah yang memiliki tiga gedung. Salah satu ruangannya sengaja disekat mejadi dua sehingga menjadi empat ruangan.

Penyekatan dilakukan agar bisa digunakan separuh untuk siswa kelas 1 yang belum memiliki rungan. Di sekolah ini pun tak ada ruangan guru dan kantor kepala sekolah. Di dalam ruangan terpampang beberapa coretan gambar siswa. Coretan itu merupakan buah karya yang dibuat oleh siswa. “Beginilah sekolah kami, sekolah tak memiliki uang untuk membeli perlengkapan kelas seperti, meja, kursi, papan tulis dan perlengakapan lainnya.

Sebagian meja, kursi dan tiang bendera kami dapatkan sumbangan dari beberapa sahabat yang peduli dengan sekolah ini”. Ujar Sri Wahyuni, Kepala Sekolah MI NW Nawwul Uyun, sembari menunjukan beberapa kursi yang sudah rusak. Sri Wahyuni menuturkan, sekolah ini didirikan untuk menampung anak dikawasan selatan yang tak bisa sekolah ke tempat lain. Orangtua murid tentu tak memiliki cukup uang untuk membayar iuran di sekolah lain yang biaya tinggi. “Mereka ini adalah anak-anak bangsa yang harus diselamatkan. Mereka harus belajar agar memiliki masa depan  seperti anak lain di negeri ini”. Kata Sri panggilan akrabnya.

Kini, siswa yang terdaftar sebanyak 60 orang. Sejak berdiri MI NW Nawwul Uyun, ada puluhan alumni yang sudah melanjutkan ke SMP dan Madrasah Tsanawiyah. Sedangkan tenaga pengajar sebanyak 5 orang, dengan latar belakang S1 dua orang, dan sisanya lulusan Madrasah Aliyah. Karena keterbatasan dana yang dimiliki sekolah, setiap guru yang mengajar hannya digaji 150.00 per bulan.

“Semua orang butuh uang, namun lebih dari itu, kami ingin nasib anak-anak di tempat ini sama dengan anak-anak lainnya. Mereka berhak merasakan pendidikan yang layak”. Kata Salim guru kelas dua Ibtidakiyah ini.

Sekolah Nawwul Uyun ini adalah tempat bagi anak-anak kawasan selatan Sekaroh menimba ilmu dan pengetahun. “Dengan segala keterbatasa, kami terus berupaya mengajar dengan segala macam kekurangan. Kita akui sekolah ini serba kurang dari segala fasilitas, tapi tak seburuk sekolah di film Laskar Pelangi. Jika bukan kita, lalu siapa yang mau peduli pada pendidikan anak-anak kita”. Kata, Salim  Alumnus Madrasah Aliyah Nurul Jannah NW Ampenan ini.

Bogor, 26 Agustus 2015

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun