Mohon tunggu...
Ahyarros
Ahyarros Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengajarkan Keberagaman kepada Anak Kita

4 April 2016   15:38 Diperbarui: 4 April 2016   17:42 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Orangtua sangat berperan untuk anak. Sumber foto; sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/"][/caption] Mengajarkan keberagaman melalui pendidikan multikultural semakin penting bagi bangsa ini dan khususnya untuk masing-masing daerah, dengan tujuan meminimal terjadinya konflik di sekeliling kita. Entahkah itu konfik, suku, agama, etnis dan antargolongan dibeberapa daerah. Melalui pendidikan multikultural itulah, sikap dan pola pikir siswa akan lebih terbuka untuk memahami dan menghargai sebuah keberagaman di masing-masing daerah mereka. Selain itu juga, pendidikan multikultural bisa menanamkan sekaligus mengubah peserta didik untuk benar-benar tulus menghargai keberagaman etnis, agama, ras dan antaragolongan. Sikap menghargai keberagaman harus ditanamkan sejak di sekolah Tingkat Dasar (SD), bahkan dari taman anak-anak (PAUD).

Sebenarnya, sekolah adalah tempat menghapuskan berbagai jenis prasangka yang bertujuan membuat siswa terkotak-kotak, sehingga sekolah harus terbebas dari yang namanya diskriminasi kepada siapa pun. Lalu pertayaannya, bagaimanakah kita mengajarkan keberagaman kepada anak kita? Cara yang paling murah dan mudah ialah dengan mengunakan Krayon. Krayon? Ya, ide ini pertama kali dilakukan oleh Kim Troncone di Veterans Memorial Elementary School kepada siswa-siswa SD kelas 1 yang diajarkannya.

Inspirasi ini diperolehnya dari Martin King Luther. Sekedar mengigatkan kita kembali pada, Martin King Luther (15) Januari 1929-April 1968 adalah seorang penerima Nobel dan aktivis HAM. Dia adalah seorang pemimpin terpenting dalam sejarah AS dan dalam sejarah non kekerasan (anti diskriminasi) pada zaman modern. Dia juga dianggap sebagai pahlawan pencipta perdamaian dan Martin oleh banyak orang di seluruh dunia. King juga berjuang melawan diskriminasi rasial. Dalam sebuah aksinya, dia mengutip prinsip-prinsip Mahatama Gandhi untuk menghindari semua macam kekerasan-kekerasan yang terjadi waktu itu.

Dalam jangka beberapa tahun kemudian, dia membuat sesuatu kesuksesan besar, tetapi secara berangsur-ansur orang-orang kulit hitam muda untuk menjauhinya karena mereka tidak dapat menerima paham anti kekerasaannya. Justru sebaliknya, King tidak pernah berhenti untuk melakukan kampanye tentang anti diskriminasi di AS Waktu itu. Tapi bagaimana dengan Kim Troncone yang mengajarkan tentang pentingnya keberagaman pada siswa-siswanya dengan mengunakan Krayon? Yakni, ketika siswa-siswa siap untuk menggambar mereka membuka kotak Kerayon dan terheran-heran karena hannya menemukan satu Krayon masing-masing dan mereka harus menggambar hannya dengan satu batang Krayon tersebut. Ini adalah sebuah awal dari pelajaran tentang keberagaman. Salah seorang siswa yang namanya, Sean Aubrey mencoba sebisanya menggambar hannya dengan satu Krayon saja.

Tak lama kemudian ia lansung berkomentar "satu krayon tidak asyik,". Tidak banyak yang bisa dilakukan dengan satu Krayon saja," Begitu pun juga dengan Krista salah seorang siswa dapat Krayon berwarna hijau dan bisa menggambar lebih banyak rumput, anggur, dan bahkan mahkota. Tapi ia tak bisa berkreasi lebih banyak lagi. Kim kemudian memberikan mereka sisa Krayon yang lain pada siswa-siswanya. Tak lama kemudian siswa dapat menggambar jauh lebih banyak dan lebih menyenangkan daripada sebelumnya. Mereka bisa menggambar mobil beraneka warna, tempat bermain gantung, dan pohon. Dengan Krayon yang perlengkapan mereka lebih bisa menggambar jauh lebih banyak, lebih baik, dan lebih mengasyikan.

Setelah mereka membaca buku, The crayon box that talked yang ditulis oleh Shane Derolf yang menunjukan bagaimana semua warna yang ada di dalam kotak dan berteman dan melakukan kerjasama antara yang satu dengan yang lainnya. Pada mulanya masing-masing Krayon tidak suka satu sama lain. Tapi akhirnya mereka saling menyukai satu sama lain, kata Emily. Mulanya Emily mempunyai satu Krayon berwarna hitam dan dia hannya bisa menggambar tenda berwarna hitam. Mereka juga mesti mengisi poster besar yang berbunyi, “impian saya adalah...."

Dan mereka mengisinya dengan kata-kata, orang berkulit cokelat dan putih bermain bersama di taman bermain “punya teman yang berbeda denganku,” (Martin Luther). Berikutnya, mereka diminta untuk bercerita dan menyampaikan apa yang membuat mereka merasa berbeda dengan orang lain, seperti warna mata, warna rambut dan, lain-lain, tapi yang lebih penting adalah menyampaikan apa yang membuat mereka merasa sama satu dengan yang lainya. Kristapun berkomentar "Menjadi lain adalah sesuatu yang luar biasa," Lalu pertayaannya pelajaran apakah yang bisa kita maknai dalam cerita satu warna Krayon tersebut?.

Petama, Suatu tanda bahwa siswa dapat menerima keberagaman tanpa harus merasa terkucil atau diperlakuan berbeda dengan satu dan yang lainnya. Kedua, Semoga dari ceritanya ini juga kita bisa belajar dengan perbedaan-perbedaan yang berkelindan dalam kehidupan kita. Semoga perbedaan itu kita pandang sebagai sebuah kekayan bukan sebagai ancaman yang mencekam khususnya di Indonesia. Wallahu 'alam bissawab. (Ahyar Ros)

Artikel ini untuk lomba menulis Jurnalistik “Penguatan Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak,” oleh sahabatkeluarga.kemdikbud periode 1 Maret-30 Juni 2016.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun