Menurut Bundaiyah, pemilu 2024 tahun ini, semua kelompok perempuan Ahmadiyah Transito yang punya tanda pengenal, sudah terdata untuk memilih ke TPS di Kelurahan Majeluk, Mataram.
"Tahun ini, KPU dan Bawaslu NTB sudah sosialisasi ke sini. Tak ketinggalan juga para caleg datang kampanye ke Transito" ujarnya.
Pengalaman yang sama juga diungkapkan, Khadijah, 45 tahun. Ibu tiga anak ini juga menjadi bagian dari keluarga yang telah belasan tahun mengunsi di Wisma Transito, milik Kementerian Transimigrasi RI. Belasan tahun lalu, ia bersama perempuan jamaah Ahmadiyah kesulitan memberikan hak pilihnya. Â
Pilpres dan pileg serentak silih berganti, pun kepala daerah, tapi pergantian tersebut tak merubah nasib mereka di penampungan sempit Transito. Mereka tak punya pilihan, selain tinggal di pengunsian, mereka tak tahun kapan bisa dipulangkan kembali ke kampung halaman mereka.
Wisma Transito yang padat tak menyulutkan para calon anggota legislatif untuk datang berkampanye. Perempuan kelahiran Lombok Timur ini bercerita, setiap jelang pemilu Asrama Transito selalu ramai kedatangan para caleg. Baik ditingkat pusat. Hingga kabupaten kota, mereka yang datang kampanye.
"Janji mereka beragam, ada yang mau kasih bantuan modal usaha, pemulangan kami ke kampung halaman. Hingga ngurus administrasi kependudukan" ujar Khadijah sore itu di penampungan Transito.
Selain itu, Khadijah juga mengatakan, dalam rentang 10 tahun terakhir atau sejak pemilu 2014 hingga 2019. Panitia penyelenggara pemilu, seperti KPU dan Bawaslu NTB cukup aktif melakukan sosialiasi ke Wisma Transito.
Ketua RT Wisma Transito, Sahidin, 52 tahun juga menceritakan kondisi jamaah Ahmadiyah Lombok dari pemilu ke pemilu. Sebagai Ketua Pengunsi Transito, ia paham betul perjalanan dan kondisi warganya di Transito. Senin, 27 Januari 2024 Sahidin bersama istrinya menyambut kedatangan, tim inilombok di Transito.
                          ****
Malam, setelah shalat magrib itu, Sahidin mengajak kami duduk di halaman depan bekas penampungan transimigrasi itu, yang disulap Pemerintah Provinsi NTB untuk menampung jamaah Ahmadiyah, pasca penyerangan pertama 2006 di Ketapang. Desa Ketapang merupakan tempat tinggal jamaah Ahmadiyah bersama 20 kepala keluarga lainnya. Â
Bagi Sahidin dan jamah Ahmadiyah Lombok, Asrama Transito menjadi satu-satunya lokasi tempat berlindung dari persekusi, ujaran kebencian, dan penyerangan kelompok intoleran pada mereka.Â