Mohon tunggu...
Ahyarros
Ahyarros Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Blogger | Editor book | Pegiat literasi dan Perdamaian |

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Melek Keuangan Sejak Dini, Kenapa Tidak?

4 September 2017   00:56 Diperbarui: 4 September 2017   01:11 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedua Keponakanku Menghabiskan Liburan di Sawah (Foto Ahyar ros)

Foto Ahyar ros
Foto Ahyar ros
Untuk memudahan, ajak anak mengunakan tiga toples berbeda untuk membagi uang saku yang dimiliki. Uang hasil tabunganya, bisa digunakan untuk membeli barang yang diinginkan, sehingga anak pun membiasakan untuk selalu menabung terlebih dulu demi mendapatkan sesuatu.

Pada usia 10-14 tahun, pemberian uang saku bisa diberikan dengan periode 3 harian atau pun mingguan. Pada tahap ini, anak juga bisa mulai belajar menghasilkan uang dan dengan tetap melanjutkan kebiasaaan membagi pengghasilannya ke dalam tiga bagian. Melakukan hobi yang bisa memberi nilai tambah dan manfaat bagi orang lain, misalnya, bisa menjadi pilihan.

Dulu waktu pesantren, saya sering membuat plakat bertulis kaligrafi bermotif buat teman-teman kelas, dari plakat ini, saya menjual pada teman-teman di Pondok di kampung.

Usian 15-17 tahun, anak memasuki tahapan berbeda. Biasanya, anak mulai diberi kepercayaan untuk mendapatkan uang saku bulanan yang juga memaksa anak lebih bijak dan cerdik dalam mengatur dana perbulan. Mereka mulai punya kebutuhan khsusus yang kadang harganya cukup mahal. Bisa jadi lebih mahal dari uang sakunya. Contohnya, ingin  menonton  konser, beli buku, atau gadget. Tapi dalam tahapan ini anak juga harus tahu, jika tabungan tidak cukup, harus belajar menahan diri," Tambah

Menanggapi periode remaja yang juga kerap betemu dengan tekanan pergaulan. Belajar menahan diri menjadi untuk mengasah kemmapuan membedakan keinginan dan membutuhkan. Psikologi anak dan keluarga.

Foto Ahyar ros
Foto Ahyar ros
Kemampuan membedakan kebutuhan dan keinginan ini akan membantu proses berpikir analitis, antara mahal dan murah, kualitas dan kuantitas, dan seterusnya. Anak usia SD mulai bisa membandingkan harga, mana yang lebih murah, berdasarkan jumlah dan ukurannya. Sementara pada usia remaja, bisa memiliki lebih jauh soal nilainya. Misalnya, saat mau beli gadget, fitur apa yang sebenarnya paling dibutuhkan untuk sehari-hari.

Tak perlu gadget yang super canggih harga tinggi, jika yang dibutuhkan hannya untuk kebutuhan media sosial dan chatting, bukan?

Foto Ahyar ros
Foto Ahyar ros
Menjadi individu yang melek finansial merupakan satu langkah menuju hidup berkualitas. Tak mungkin diciptakan dalam waktu semalam, melek finansial adalah sebuah kebiasaan yang diutuhkan sejak dini.   

Artikel ini diikutkan dalam Blog Competition "Saatnya Cerdas Finansial" yang diselengarakan Kompasiana dan LPS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun