Pada usia 10-14 tahun, pemberian uang saku bisa diberikan dengan periode 3 harian atau pun mingguan. Pada tahap ini, anak juga bisa mulai belajar menghasilkan uang dan dengan tetap melanjutkan kebiasaaan membagi pengghasilannya ke dalam tiga bagian. Melakukan hobi yang bisa memberi nilai tambah dan manfaat bagi orang lain, misalnya, bisa menjadi pilihan.
Dulu waktu pesantren, saya sering membuat plakat bertulis kaligrafi bermotif buat teman-teman kelas, dari plakat ini, saya menjual pada teman-teman di Pondok di kampung.
Usian 15-17 tahun, anak memasuki tahapan berbeda. Biasanya, anak mulai diberi kepercayaan untuk mendapatkan uang saku bulanan yang juga memaksa anak lebih bijak dan cerdik dalam mengatur dana perbulan. Mereka mulai punya kebutuhan khsusus yang kadang harganya cukup mahal. Bisa jadi lebih mahal dari uang sakunya. Contohnya, ingin  menonton  konser, beli buku, atau gadget. Tapi dalam tahapan ini anak juga harus tahu, jika tabungan tidak cukup, harus belajar menahan diri," Tambah
Menanggapi periode remaja yang juga kerap betemu dengan tekanan pergaulan. Belajar menahan diri menjadi untuk mengasah kemmapuan membedakan keinginan dan membutuhkan. Psikologi anak dan keluarga.
Tak perlu gadget yang super canggih harga tinggi, jika yang dibutuhkan hannya untuk kebutuhan media sosial dan chatting, bukan?
Artikel ini diikutkan dalam Blog Competition "Saatnya Cerdas Finansial" yang diselengarakan Kompasiana dan LPS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H