Mohon tunggu...
Ahyaita Zahra Oviahalera
Ahyaita Zahra Oviahalera Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka sharing apapun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Media Sosial dalam Fenomena Kebocoran Data dan Digital Scam dari Perspektif Teori Komunikasi

10 Juli 2024   11:00 Diperbarui: 10 Juli 2024   11:02 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak ramai nya berita mengenai kebocoran data pribadi di Indonesia, semakin banyak masyarakat yang sudah mulai peduli akan perlindungan privasi secara digital. Kebocoran data terjadi ketika informasi sensitif atau pribadi terekspos secara tidak sengaja atau disengaja kepada pihak yang tidak berwenang. Data Surfshark di tahun 2020 hingga 2024 menyatakan bahwa Amerika Serikat merupakan negara dengan kasus kebocoran data terbesar di dunia, sedangkan Indonesia menduduki posisi ke-8 negara dengan kebocoran data terbanyak di dunia. Maka dari itu masalah ini membutuhkan perhatian khusus dari masyarakat, pemerintah, dan lembaga lain nya karena kebocoran data tidak hanya mengancam privasi dan keamanan pribadi tetapi juga menimbulkan dampak ekonomi dan sosial yang signifikan. Adapun dampak dari kebocoran data yang terus dibiarkan antara lain penyalahgunaan identitas pribadi, pencurian identitas, pencemaran nama baik, hingga kerugian finansial.

Jika data seseorang mengalami kebocoran, maka orang tersebut memiliki potensi yang besar mengalami kejahatan siber atau cybercrime. Pada beberapa kasus, hacker juga senantiasa berusaha melakukan peretasan demi mendapatkan data-data pribadi seseorang, seperti pada kasus yang sedang sering terjadi akhir-akhir ini ialah seseorang yang mengaku kurir ekspedisi mengirimkan file resi, jika target membuka file tersebut maka seorang hacker sedang meretas handphone nya, hacker bisa mendapatkan data pribadi seperti identitas, isi percakapan, bahkan nomor dan PIN ATM si target. Kasus lain nya dalam kebocoran data ialah banyak nya oknum yang melakukan transaksi jual beli dengan tujuan menipu pembeli dan menggunakan nama dan nomor rekening yang bukan milik nya, biasanya oknum tersebut membuat rekening dari data-data yang sudah mengalami kebocoran.  

Beberapa penyebab terjadinya kebocoran data ialah kurangnya keamanan website pemerintah dan lembaga tertentu yang menyimpan banyaknya data-data pribadi, penipuan melalui rekayasa sosial, penggunaan kata sandi yang berulang, dan literasi digital yang rendah mengenai ancaman keamanan data pribadi. Pasalnya, banyak masyarakat yang belum memahami mengenai bagaimana cara mencegah kebocoran data, bagaimana kebocoran data dapat terjadi dan bagaimana langkah awal yang dapat kita lakukan saat mengalami kebocoran data, sehingga fenomena ini banyak diabaikan oleh masyarakat dan menyebabkan semakin marak nya kebocoran data ini.

Kebocoran data ini merupakan sebuah fenomena yang kompleks dengan dampak yang cukup besar bagi kehidupan masyarakat. Maka dalam memahami fenomena ini diperlukan untuk mengkaji nya berdasarkan beberapa perspektif teori, dalam artikel ini kita akan mengkaji fenomena tersebut dari perspektif teori ilmu komunikasi.

  • Teori Konvergensi Teknologi 

Konvergensi teknologi merupakan transformasi dari teknologi analog ke teknologi digital (Arsyah, 2021). Teori ini menjelaskan bahwa media dan teknologi menjadi satu entitas yang saling terkait. Jenkins (2006) mendefinisikan konvergensi teknologi sebagai “A word that describes technological, industrial, cultural, and social changes in the ways media circulates within our culture” yang berarti sebuah perubahan teknologi, industri, budaya, dan sosial yang bergantung pada siapa yang berbicara dan apa yang mereka bicarakan. Kebocoran data sering kali terjadi karena teknologi yang terhubung secara luas, seperti internet, cloud computing, dan perangkat seluler. Konvergensi teknologi ini meningkatkan risiko kebocoran data karena banyaknya titik akses yang dapat digunakan oleh siapapun. Ketika memahami konvergensi teknologi, maka kita dapat mengembangkan strategi yang lebih baik untuk mengelola dan melindungi data dalam berbagai platform dan perangkat.

  • Teori Agenda Setting

Agenda setting merupakan salah satu teori yang sering digunakan di dalam ilmu komunikasi. Teori ini juga mengemukakan bahwa media tidak hanya memberi tahu kita mengenai apa yang terjadi, tetapi juga bagaimana kita harus memikirkan tentang suatu fenomena. Dalam konteks kebocoran data, media berperan penting dalam menyoroti isu ini, menentukan bagaimana informasi disajikan, dan mempengaruhi opini publik tentang pentingnya perlindungan privasi. Media dapat membentuk persepsi publik tentang urgensi dari kebocoran data yang terjadi dan menyebarkan insiden kebocoran data secara mendetail, maka media juga dapat berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang resiko keamanan data dan mendorong tindakan pencegahan sebelum kebocoran data ini terjadi.

Teori ini menjelaskan bahwa setiap orang memiliki hak atas informasi pribadinya. Informasi pribadi yang dimaksud ialah berbagai jenis informasi yang akan membuat seseorang berada pada kerentanan, yang membuat orang tersebut ingin mengontrol informasi yang dimiliki nya (Saidah, 2021). Kebocoran data menunjukkan kegagalan dalam pengelolaan batasan privasi seseorang.  Maka teori ini membantu kita dalam memahami bagaimana individu dan organisasi memutuskan siapa saja pihak yang dapat memiliki akses ke informasi pribadi dan bagaimana mereka memberikan hukuman kepada pihak yang melakukan pelanggaran privasi.

Fenomena kebocoran data ini tidak bisa di biarkan begitu saja, karena di khawatir kan hal tersebut semakin banyak terjadi dan semakin sulit untuk di telusuri pelaku nya. Media sosial merupakan salah satu media yang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat masa kini, sehingga media sosial juga dapat berperan dalam mengurangi kasus kebocoran data. Berikut hal-hal yang dapat dilakukan media sosial dalam mengurangi kasus kebocoran data dan digital scam.

  • Melakukan edukasi di media sosial

Media sosial dapat digunakan untuk menyebarkan informasi dan meningkatkan kesadaran tentang risiko kebocoran data dan digital scam. Dalam hal ini, beberapa pihak seperti pemerintah, komunitas, dan influencer yang memiliki banyak followers dapat bekerja sama dalam menyebarkan edukasi mengenai kebocoran data dan digital scam.

  • Memperketat pengawasan dan penegakan hukum

Media sosial dapat memantau aktivitas yang mencurigakan di platform mereka dan mengambil tindakan terhadap akun-akun yang terlibat dalam penipuan atau pencurian data. Misalnya, jika terdeteksi adanya hal-hal yang mencurigakan dan mengarah ke penipuan maka pihak media sosial ber hak memberikan peringatan dan menutup akun pelaku. Jika terlanjur terjadi kebocoran data dan penipuan maka pihak media sosial dapat membantu untuk melaporkan kejadian tersebut kepada lembaga penegak hukum supaya ditindak lebih lanjut.

  • Menerapkan kebijakan dan fitur keamanan

Platform media sosial menghadirkan kebijakan dan fitur keamanan yang melindungi data pengguna, seperti autentikasi dua kali dan pembatasan akses berdasarkan izin.

  • Memberikan peringatan dan notifikasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun