Mohon tunggu...
Cerpen

Aru-aru

20 Maret 2017   20:23 Diperbarui: 21 Maret 2017   06:00 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

     Makdang, mande dan Pak Subeb pun segera bergegas menuju rumah Datuk Basa. Datuak Basa begitu bingung akan apa yang terjadi, kenapa bisa anak seperti Buyung bisa hilang. Datuak Basa memerintahkan kepada pamuda sekita untuk mengumumkan berita hilangnya Buyung ini di toa musola. Bagi yang tau dengan keberadaan Buyung, segera beritahu kepada keluarga Buyung. Datuk Basa yakin Buyung sekarang ada di rumah temannya. Mustahil rasanya bila ada yang bisa menculik Buyung.

     Azan isya pun berkumandang. Tampaknya tak ada tanda tanda Buyung akan pulang. Datuk Basa pun memutuskan untuk mengajak pemuda dan masyarakat sekitar untuk keliling mencari Buyung. Dengan lampu togok di tangan, semuanya sibuk mencari keberadaan Buyung.

     Kehilangan Buyung pun di sampaikan di musala dengan toa , sehingga sehabis solat isya para warga dan pemuda mulai mencari Buyung keliling nagari. Rumah di ujung nagari yang dicurigai itu pun juga ditanyai. Bule yang baru tinggal tiga bulan itu pun tak mengerti apa yang dimaksud oleh para warga. beberapa pemuda juga di kerahkan untuk menuju hutan Rampai untuk mencoba mencari Buyung. Tapi apalah daya, sampai jam dua belas malam Buyung pun masih belum ditemukan. Mande yang kehilangan anaknya tak berhenti menangisi keberadaan anaknya.

    Pada pagi hari, saat jam anak-anak akan pergi sekolah. Ada orang yang datang kerumah untuk bertemu mande. Ia adalah Mursal, teman Buyung yang diajaknya pergi menonton pertandingan adu ayam kemaren. Mursal datang bersama pak Subeb. Mursal pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

“Assalamualaikum mande, Mursal binguang akan mangicek (berkata) apo, Buyuang hilang mande” Mursal bercerita dengan nafas terengah-engah.

‘’Iyo tapi bagaimana kok bisa hilang yo si Buyuang tu, indak mungkin ado yang berani menculiknyo” sanggah pak Subeb.

“Apo nan tajadi, jalehkan pado mande! Dima Buyuang kini nak ‘’ tegas mande.

‘’Jadi , Mursal samo Buyung kabur dari sikolah, Buyuang mangajak Mursal pergi katampek adu ayam”

“Waktu ka pulang, Buyuang pergi kasabalik (belakang) pohon,abis tu Buyung tinggalkan Mursal”

“Mursal pikia Buyung hanyo bagarah (bercanda), saat Mursal tunggu Buyung indak baliak-baliak”

     Mande yang mendengar penjelasan Mursal pun meraung menangis. Ia sudah berpikir anaknya sudah diterkam harimau . Hutan Rampai begitu liar untuk anak seumuran Mursal dan Buyung. Tanpa pikir banyak, mande segera pergi ke rumah Datuk Basa dalam keadaan menangis . Mande maminta agar dilakuakan pencarian ulang untuk daerah hutan Rampai. Ia yakin anaknya ada di hutan Rampai. Meskipun hanya tinggal bangkai anaknya, ia tetap ingin bertemu jasad anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun