Mohon tunggu...
Abdulloh Sayid
Abdulloh Sayid Mohon Tunggu... -

Mengajar Bahasa Indonesia di MTs. Darul Ulum Purwodadi Pasuruan Jawa Timur. Suka menulis cerpen, puisi dan artikel.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

KA Ekonomi minggir dulu, ya...

21 Agustus 2015   23:16 Diperbarui: 21 Agustus 2015   23:16 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kelas ekonomi menjadi pilihan paling tepat bagi para pengguna jasa transportasi yang kantongnya tidak begitu dalam. Berprinsip biar lambat asal selamat, kelas ini tak pernah sepi dari peminat. Bus ekonomi, Kereta api ekonomi, dan angkutan massal lain dengan embel-embel ekonomi, menjadi solusi atas tipisnya rupiah dalam dompet. Meskipun ada juga beberapa orang yang memilih angkutan ekonomi dengan alasan tertentu. Misalnya, lebih santai, ingin menikmati pemandangan sepanjang rel, atau alasan lain yang masing-masing orang tentu berbeda.

Dari sekian banyak angkutan massal umum yang berlabel ekonomi, Kereta api adalah jenis angkutan yang menuntut kelapangan dada dan kebesaran hati. Intinya sabar. Kok bisa. Ini alasannya.

Bus ekonomi, sejelek-jeleknya bodi dan mesin yang dimiliki oleh bus ini, ia akan melenggang ‘seenaknya’ tanpa harus peduli dengan bus patas yang mendahuluinya dengan kecepatan tinggi. Bus ini tak perlu minggir guna memberi jalan pada bus lain yang bertarif tinggi. Yang mau dulu silakan. Saya akan berjalan santai saja asal selamat sampai tujuan. Begitu mungkin kata bus ekonomi.

Bagaimana dengan pesawat ekonomi bertarif mini? Hampir sama dengan bus, pesawat ekonomi hampir tidak punya urusan dengan pesawat eksekutif dengan tarif melangit. Ia tak perlu mendarat demi memberi jalan pada pesawat eksekutif yang akan lewat. Mungkin yang membedakan hanya ukuran pesawat, fasilitas, dan pelayanan. Selebihnya sama. Tidur di pesawat ekonomi, sama dengan tidur di pesawat bisnis.

Kereta api ekonomi lain lagi. Itulah mengapa saya mengatakan jika angkutan umum ini menuntut penumpangnya untuk berbesar hati. Hmmm.

Ini adalah pengalaman pertama saya naik kereta api ekonomi dengan jarak tempuh belasan jam. Berangkat dari Mojokerto menuju Kiaracondong, Bandung. Jika sesuai jadwal yang tertera di tiket, kereta akan berangkat pukul 08.55 dan sampai pukul 23.20. total ada sekitar 16 jam.

Awalnya saya menikmati perjalanan perdana ini dengan santai. Sambil ngantuk-ngantuk, kereta melaju dari stasiun ke stasiun. Hampir semua stasiun berhenti demi mengangkut penumpang yang telah lama menanti.

Kesan berbeda muncul ketika kereta tiba-tiba berhenti di tengah jalan setelah keluar dari rel utama. Selang berapa lama, sebuah kereta dengan kecepatan tinggi melintas. Wush.

Kereta yang saya tumpangi belum bergerak. Rupanya kereta eksekutif dan bisnis akan melintas lagi. Benarlah, satu atau dua kereta lain dengan kecepatan memukau, melintas. Maka, berjalanlah kereta ekonomi yang saya tumpangi. Pelan tapi pasti, menuju destinasi.

Saya mengira hanya sekali itu saja kereta harus minggir. Ternyata di beberapa titik, hal yang sama dilakukan demi memberi kesempatan kepada kereta lain untuk melintas.

Sungguh, ini adalah pengalaman pertama saya menggunakan jasa kereta api ekonomi. Meskipun isteri saya bilang, “Ya memang begini kereta ekonomi. Dari dulu juga begitu.” Tapi, hati kecil saya berkata, apa karena kami membayar murah, harus minggir melulu demi mendahulukan mereka yang membayar mahal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun