Penulis : Faisal Ali Ahmad dan Hutrisia Marafikha Afwa
Tenun merupakan salah satu bentuk seni rupa yang tidak hanya memiliki nilai estetis, tetapi juga memiliki nilai fungsional yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tenun sendiri dapat ditemukan hampir disetiap wilayah Indonesia, termasuk Sumatera Barat. Jenis industri tenun yang ada di Sumatera Barat, diantaranya Tenun Kubang, Tenun Halaban, dan Tenun Balai Panjang merupakan usaha tenun yang berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh.
Industri tenun tradisional di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh saat ini sedang mengalami transformasi dengan memanfaatkan teknologi digital. Revitalisasi ini tidak hanya membantu mempertahankan warisan budaya lokal, tetapi juga memberikan dorongan signifikan terhadap kinerja bisnis melalui strategi e-marketing yang efektif. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pengrajin tenun di daerah ini mulai mengadopsi teknologi digital untuk memodernisasi strategi pemasaran. Platform e-commerce, media sosial, dan website khusus telah menjadi alat utama bagi para pengrajin untuk memasarkan produk mereka ke pasar yang lebih luas, baik nasional maupun internasional.
E-marketing memainkan peran penting dalam meningkatkan kinerja bisnis suatu usaha diantaranya berkontribusi untuk meningkatkan jangkauan pasar, meningkatkan volume penjualan, pengurangan biaya pemasaran, dan lain sebagainya. Namun, apakah penerapan e-marketing pada industri tenun di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh mampu demikian? Melalui progam Hibah LPPM Universitas Andalas yang diketuai oleh Faisal Ali Ahmad, SP. M.Si beserta anggota tim Nelvia Iryani, SE., M.Si dan Hutrisia Marafikha Afwa melakukan penelitian langsung kepada pelaku usaha industri tenun untuk mendapatkan pemahaman lebih dalam menanggapi hal ini.
Pengumpulan data diperoleh melalui pembagian kuesioner secara langsung atau offline terhadap pelaku usaha dari industri tenun di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh sebanyak 36 sampel. "Menurut saya, dampak e-marketing terhadap peningkatan profitabilitas, target penjualan, dan pangsa pasar tidak sebesar yang diharapkan. E-marketing hanya memberikan kemudahan dalam komunikasi dan transaksi pada konsumen yang sebelumnya sudah berinteraksi dan membeli produk secara langsung, ditambah usia yang sudah lanjut jadi tidak terlalu mengerti terhadap teknologi," ujar Remon Novyta salah satu pelaku usaha tenun.
Pandangan ini mencerminkan pelaku usaha kurang mampu untuk meyakinkan konsumen baru melalui e-marketing dan menarik minat mereka terhadap produk, sehingga kepercayaan konsumen belum terbangun. Hal ini juga dikarenakan dengan karakteristik responden dari 36 sampel pada penelitian ini didominasi rentang usia 40 tahun ke atas. Umur merupakan faktor demografis yang dapat mempengaruhi bagaimana individu merespons dan memahami tentang teknologi khususnya e-marketing.
Adopsi teknologi digital juga membawa tantangan tersendiri, terutama terkait keterampilan digital dan infrastruktur teknologi. Untuk mengatasi hal ini, perlu inisiatif dilakukan termasuk pelatihan e-marketing bagi pelaku usaha. Dengan terus beradaptasi dan memanfaatkan teknologi digital, industri ini diharapkan dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan bagi daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H